REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK -- Separatis pro Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, Ukraina Timur telah mengumumkan perpisahan dengan Ukraina, Ahad (11/5) waktu setempat.
Berdasarkan hasil pemungutan suara dalam referendum Ukraina timur yang dilakukan mulai Ahad pagi, dua wilayah tersebut mengklaim telah menjadi dua republik independen.
Ribuan orang berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara di Donetsk dan Luhansk. Ketua komisi pemungutan suara Donetsk, Roman Lyagin mengatakan pada Ahad malam suara yang masuk berjumlah sekitar 89 persen. ''10 persen menolak dan 75 persen setuju,'' kata Lyagin dikutip dari BBC.
Kertas suara referendum hanya berisi satu pertanyaan, yaitu 'Apakah Anda setuju dengan berdirinya Republik Rakyat Donetsk?'. Sementara hasil dari wilayah Lugansk belum dirilis. Kantor berita Interfax melaporkan seorang pemimpin separatis mengatakan Donetsk akan segera membentuk badan-badan negara sendiri termasuk pasukan keamanan pemerintah.
Setelah menjadi Republik Rakyat Donetsk yang independen, pasukan pemerintah Kiev akan dianggap sebagai penjajah. "Mereka yang ada di wilayah kami akan dinyatakan sebagai penjajah dan ilegal, sehingga kami berhak melawan,’’ kata Denis Pushilin, salah seorang pemimpin Republik Rakyat Donetsk.
Tempat pemungutan suara di daerah Donetsk dan Luhansk dibuat tidak seperti biasanya. Persiapan terbilang minim karena tidak ada bilik suara maupun registrasi pemilih. Pada umumnya setiap orang memilih secara berebutan, memasukan kertas suara ke kotak secara tidak teratur.
Hanya empat tempat pemungutan suara (TPS) yang dibuka pada Ahad di Mariupol. Sekitar 500 ribu orang berpartisipasi menyumbang suara di sana. Satu TPS berada di gedung pemerintahan yang diduduki pasukan separatis dalam beberapa hari terakhir.
Ketua pemungutan suara di Primorsky Mariupol, Sergei Babin mengatakan, warga Ukraina timur dari daerah lain bisa memilih di tempatnya. Ia mengatakan identitas mereka dicatat di sana dan panitia akan memastikan mereka tidak memilih di tempat lain.
''Kami melakukan pengecekan ulang suara pemilih dalam satu hari, memastikan mereka menyumbang suara satu kali,'' kata dia. Para pemilih itu mengerumuni panitia, melakukan voting di meja panitia dan berebutan memasukan kertas ke kotak suara. Ada penggalangan dana juga yang dilakukan di lokasi tersebut atas nama Republik Rakyat Donetsk.