Sabtu 24 May 2014 22:54 WIB

Mesir Perketat Perbatasan Jelang Pilpres

Kepolisian Mesir
Foto: AP
Kepolisian Mesir

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menjelang pemilihan presiden yang akan digelar 26 dan 27 Mei 2014, pihak militer dan kepolisian Mesir memperketat keamanan di pintu-pintu perbatasan darat di bagian timur, barat, dan selatan.

"Petugas keamanan dari kepolisian dan militer bersiaga penuh di semua pintu perbatasan darat terutama di bagian barat," kata Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim, Sabtu.

Mendagri Ibrahim, yang juga membawahi lembaga kepolisian, merujuk pada perbatasan Mesir dengan Libya yang belakangan ini dikenal sebagai tempat penyelundupan senjata ilegal ke Mesir untuk gerilyawan kelompok garis keras.

Pihak keamanan Mesir hampir tiap hari melaporkan penyitaan senjata ilegal di wilayah Mesir dekat perbatasan dengan Libya yang diduga akan dipasok bagi gerilyawan di Semenanjung Sinai, bagian timur Mesir.

Kawasan Semenanjung Sinai yang berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza Palestina itu dijuluki sebagai "titik panas pertempuran" antara pihak keamanan Mesir dan gerilyawan garis keras.

Pertempuran di Semenanjung Sinai itu kian membara pasca pelengseran Presiden Mesir Mohamed Mursi pada Juli tahun silam.Seorang perwira polisi Ramy Al Ganjihi tewas ditembak pada Kamis (23/5) oleh kelompok gerilyawan di Rafah, Sinai Utara.

Sehari setelah penembakan Ganjihi tersebut, pihak keamanan dalam operasi gabungan tentara dan polisi berhasil menembak mati Shady Al Monei, komandan gerilyawan yang menamakan diri "Ansar Bait Al Muddas".

Sementara itu, terkait dengan pilpres, militer pada Sabtu (24/5) mengeluarkan taklimat larangan parkir kendaraan bermotor di dekat tempat-tempat pemungutan suara.

Para pemilih juga dilarang membawa tas tenteng saat hendak memasuki tempat pemungutan suara.

Penjual keliling juga dilarang mendekati tempat-tempat pemungutan suara.

Militer juga menyebarkan nomor-nomor telepon darurat di seanteri negara untuk mengantisipasi gangguan keamanan selama berlangsungnya pilpres.

Taklimat tentara ini diduga untuk mengantisipasi serangan bom yang menghantui negara itu pasca kudeta militer yang melengserkan Presiden Mohamed Moursi pada Juli tahu lalu.

Pendukung Mursi dari Ikhwanul Muslimin memboikot. Pilpres tersebut dan berikrar akan terus melancarkan aksi protes anti-pemerintah transisi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement