REPUBLIKA.CO.ID QUEENSLAND -- Tim penilik dari Lembaga Pengawas Ketenagakerjaan Australia atau ‘Fair Work Ombudsman’ mengungkap kasus upah tak layak yang diterima para pemetik apel musiman di negara bagian Queensland senilai 15 ribu dolar. Para penilik tersebut menginvestigasi sejumlah pengaduan yang dilayangkan sembilan pekerja di beberapa unit usaha.
Hasilnya, lembaga pengawas tersebut menemukan kasus penyalahgunaan pekerja musiman dalam industri apel dan pir. Lembaga ini juga mengingatkan para produsen dan perusahaan perekrut tenaga kerja akan hukum yang berlaku di Australia. Mereka menggelar rapat di berbagai kawasan utama perkebunan apel di seluruh Australia dan menerima banyak pengaduan, beserta bukti-buktinya, dari para pekerja terkait nominal upah yang mereka terima, yang lantas diketahui hanya separuh dari upah minimum regional atau UMR setempat.
Direktur Lembaga Pengawas Ketenagakerjaan Australia, Craig Bildstien, mengatakan, pihaknya seringkali menemukan fakta bahwa para pekerja musiman di kebun apel dieksploitasi.“Kami berada di kawasan perkebunan di tenggara Queensland bulan lalu, dan menerima banyak pengaduan dari para pekerja kebun apel dan pir di wilayah itu. Kami menemukan bahwa banyak dari para pekerja itu dibayar tak layak dengan ribuan dolar secara kolektif,” ungkapnya, belum lama ini.
Lembaga ‘Ombudsman’ itu menahan sebuah rekening bank bernilai 2,7 juta dolar sebagai jaminan pembayaran bagi 9.000 tenaga kerja yang kini keberadaannya tak terdeteksi.
Turis internasional dari negara manapun yang pernah bekerja sebagai pemetik musiman di Australia dapat mengecek situs resmi ‘Fair Work Ombudsman’.
Asosiasi Produsen Apel & Pir Australia, ‘Apple and Pear Australia’, berjanji, pihaknya akan bekerjasama dengan lembaga pengawas tersebut untuk mengadakan beberapa pertemuan dengan para produsen serta mengingatkan mereka akan kewajiban-kewajibannya.