Senin 26 May 2014 07:11 WIB

Taiwan Bangun Pelabuhan Laut di Wilayah Sengketa Laut Cina Selatan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Citra Listya Rini
Laut Cina Selatan
Foto: timegenie.com
Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Taiwan memberanikan diri membangun pelabuhan laut senilai 100 juta dolar AS di Itu Aba, sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Cina Selatan yang disengketakan sejumlah negara. Ini adalah sebuah langkah tegas baru yang hampir tidak pernah dilakukan oleh negara-negara lainnya, bahkan Tiongkok sekalipun.

Itu Aba atau yang disebut juga Tai Ping, adalah pulau kecil namun dengan potensi luar biasa. Di pulau ini terdapat landasan pesawat terbesar yang melintasi Laut Cina Selatan. Pulau ini juga memiliki sumber air tawar sendiri.

"Taipei megetahui bahwa ini adalah satu-satunya pulau dimana Tiongkok sendiri tidak akan berani menganggu Taiwan. Taiwan bebas memperbaharui fasilitas di Tai Ping tanpa takut dengan kritikan Tiongkok," kata ahli strategi militer, Denny Roy, dilansir dari Reuters, Senin (26/5).

Pengembangan fasilitas pelabuhan laut di Itu Aba akan selesai akhir tahun depan. Pejabat dari Kementerian Pertahanan dan Transportasi Taiwan mengatakan dermaga yang ada saat ini hanya bisa menangani kapal-kapal kecil. Setelah dilakukan pengembangan, Itu Aba akan mampu memfasilitasi kapal seberat tiga ribu ton.

Taiwan menyatakan pelabuhan abru ini tidak hanya melambangkan kedaulatan Taiwan, namun juga cara untuk mendukung perekonomian negara itu, sembari membantu nelayan-nelayan Taiwan mengeskploras mineral dan hasil laut di wilayah itu. Apalagi, lebih dari lima triliun dolar AS transaksi perdagangan terjadi di Laut Cina Selatan sepanjang tahun.

Tiongkok dan Taiwan mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan sebagai warisan dari perang saudara Tiongkok ketika Komunis memisahkan diri dari Nasionalis dan akhirnya menguasai Tiongkok Daratan pada 1949. Taiwan yang dianggap Tiongkok sebagai provinsi yang membangkang juga mengklaim sebagai penguasa sah terbesar dari Laut Cina Selatan.

Sementara itu, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam juga mengklaim ikut mengambil bagian dari laut yang kaya akan minyak itu. Hubungan Tiongkok dan Taiwan sendiri mulai menghangat sejak Ma Ying Jeou terpilih sebagai presiden Taiwan pada pemilihan umum 2008 lalu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement