REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebagian besar warga Timur Tengah menilai pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama tidak berkomitmen terhadap pembentukan negara Palestina dan gagal membantu peralihan kepemimpinan di Mesir.
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan dukungan terhadap Obama dari warga negara-negara Arab masih di bawah 50 persen. Zogby Research Services (ZRS) menyurvei sekitar 7.000 orang di Mesir, Yordania, Lebanon, Maroko, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab plus Palestina pada Maret lalu.
Organisasi tersebut menanyakan kepada responden sejumlah persoalan penting yang dihadapi dunia Arab pada 2014, termasuk di antaranya mengenai perundingan nuklir Iran. "Di sebagian besar negara-negara Arab, penilaian terhadap Amerika Serikat saat ini seperti mengulangi hasil tahun 2009 dan masih lebih tinggi dibanding era pemerintahan George Bush," kata ZRS.
Beberapa pekan setelah perundingan damai Israel-Palestina gagal, jajak pendapat tersebut menemukan bahwa sebagian besar warga Arab menilai Amerika Serikat tidak adil dalam pendekatannya terhadap proses perdamaian kedua pihak. Para responden juga menyatakan tidak yakin terhadap komitmen Amerika Serikat mengenai pembentukan negara Palestina merdeka."
Sementara itu mengenai persoalan Suriah, para responden sebagian besar mendukung upaya Amerika Serikat untuk menyelesaikan perang saudara yang menewaskan lebih dari 162 ribu orang di negara tersebut melalui jalan damai. Mayoritas dari mereka mengatakan bahwa Amerika Serikat harus memberi perhatian lebih terhadap krisis kemanusiaan yang dialami oleh pengungsi Suriah.
Di Maroko dan Lebanon, 70 persen responden menilai Amerika Serikat harus menarik diri dari Suriah karena peperangan di wilayah itu bukan merupakan urusan Washington. "Antara sepertiga dan setengah responden juga mengatakan bahwa Amerika Serikat harus menolak permintaan kelompok oposisi Suriah yang menginginkan persenjataan canggih," kata ZRS.
Mengenai gejolak politik di Mesir, sebagian besar responden merasa bahwa pemerintah Amerika Serikat menunjukkan lebih banyak dukungan terhadap mantan Presiden Husni Mubarok dibandingkan terhadap penggantinya Muhammad Moursi ataupun pemerintah sementara di negara tersebut.