REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG – Siswa dan pegawai sipil yang beragama Islam di wilayah Xinjiang, barat laut Cina dilarang berpuasa selama bulan Ramadhan tahun ini.
Larangan tersebut menyusul sejumlah serangan yang diduga berkaitan dengan kelompok pemberontak Muslim. Bahkan, pemerintah juga telah memanggil pensiunan guru untuk berjaga di masjid untuk mencegah siswa masuk.
Larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Cina tersebut telah dipasang di situs milik sekolah, instansi pemerintahan, dan organisasi partai lokal dalam sepekan terakhir.
Menurut pemerintah, larangan tersebut untuk dikeluarkan melindungi kesejahteraan siswa serta mencegah sekolah dan kantor pemerintahan digunakan untuk mempromosikan agama.
"Tidak ada guru yang boleh berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, menanamkan pemikiran keagamaan pada siswa atau memaksa siswa untuk ikut dalam kegiatan keagamaan," bunyi salah satu pernyataan di situs salah satu sekolah di Ruoqiang County, Xinjiang, seperti dilansir Aljazeera, Kamis (3/7).
Larangan serupa sebenarnya telah dikenakan di bulan puasa lalu. Pemerintah khawatir kegiatan keagamaan digunakan sebagai ajang berkumpul bagi para penentang kekuasaan satu partai.
Kekerasan di Xinjiang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Partai yang berkuasa menyalahkan kelompok separatis Muslim Uighur sebagai dalang di balik itu semua. Sedangkan, di lain pihak anggota kelompok Uighur memprotes diskriminasi dan pembatasan agama oleh pemerintah.