Selasa 08 Jul 2014 17:00 WIB

PHK Berlanjut, Qantas kembali Rumahkan 167 Karyawan

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Gelombang PHK di tubuh maskapai Qantas terus berlangsung. Hari ini (8/7) maskapai plat merah Australia itu kembali merumahkan 167 staf. Ini merupakan bagian dari rencana pengurangan karyawan massal sebanyak 5.000 orang  yang akan dilakukan hingga akhir Juni 2015 mendatang.

Ke-167 orang karyawan Qantas yang dirumahkan  itu terdiri dari 131 insinyur dan 36 orang staf administrasi.

Pemberhentian ini merupakan bagian dari program pengurangan 5.000 karyawan yang diumumkan maskapai tersebut pada Februari lalu. PHK dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi anggaran dan mengembalikan laba perusahaan tersebut setelah sempat merugi hingga $235 juta pada setengah tahun terakhir. Qantas mentargetkan penghematan anggaran lebih dari $2 miliar pada tahun keuangan 2016-2017.

Steve Purvinas, sekretaris Asosiasi Insinyur Pesawat Berlisensi mengatakan pengurangan tenaga insinyur dapat memicu masalah keselamatan penerbangan."Qantas akan mendapati maskapainya kekurangan orang secara drastis karena selama masa konsultasi berlangsung kami mencatat maskapai ini tidak memiliki cukup staf untuk melengkapi semua pekerjaan mereka di masa depan,” katanya dalam konferensi pers.

 

Purvinas juga mengingatkan program PHK putaran akhir Qantas akan menyebabkan penundaan penerbangan karena beberapa pesawat akan dibiarkan tidak laik terbang."Qantas akan mendapati perusahaannya tidak memiliki cukup staf, dan angota kami sekarang saja sudah sering bekerja lembur  untuk memenuhi tugas  sehari-hari mereka, mereka harus menunda masalah/cacat pada pesawat yang membutuhkan waktu perbaikan dan akhirnya beban kerja akan menumpuk sampai pada titik pesawat tidak diizinkan untuk terbang, "tambahnya.

Sejauh ini Qantas sudah merumahkan 2.200 orang karyawan yang terdiri dari kru katering,angkutan dan sejumlah awak udara maupun darat.   

Total 4,000 posisi, termmasuk 500 peran manajemen akan dihapuskan para akhir Juni 2015.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement