Senin 11 Aug 2014 17:14 WIB

31 Tahun Pengalaman Oska Setyana di Radio Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tanggal 10 Agustus 2014, Seksi Indonesia dari Lembaga Penyiaran Publik Australia ABC merayakan ulang tahun ke-72. Kini namanya Australia Plus Indonesia, namun sebelumnya pernah disebut sebagai Suara Australia Seksi Indonesia (SASI) dan kemudian Radio Australia Siaran Indonesia (RASI).

Cikal bakal Australia Plus Indonesia ini dimulai 10 Agustus 1942 ketika Indonesia belum merdeka dan masih di bawah pendudukan Jepang.

Di Australia, sebuah badan yang bernama Nederlands Indie Government Information Service (NIGIS) menyelenggarakan siaran  Bahasa Indonesia lewat radio, yang mengudara selama 30 menit setiap hari. Ppenyiar pertamanya adalah Pieter Kalalo dengan nama Suara Australia Seksi Indonesia.

Setelah Indonesia Merdeka, pada 1 Maret 1946, Suara Austalia Seksi Indonesia ini resmi dikelola oleh Kementerian Penerangan Australia dan berubah nama menjadi Radio Australia Seksi Indonesia (RASI).

Sejak itu, RASI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sejarah hubungan Australia dan Indonesia. Sama seperti banyak siaran radio luar negeri lainnya, RASI menjadi bagian dari pertukaran informasi antar kedua negara. Ketika Indonesia masih membangun, dan belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan sumber informasi sendiri, siaran radio seperti RASI menjadi tumpuan harapan.

Tidak mengherankan bila kepopuleran RASI menanjak mulai tahun 1950, dengan munculnya acara favorit seperti Kantong Surat asuhan Munandar.

https://publisher.radioaustralia.net.au/sites/default/files/images/2014/08/11/oska photo.jpg

Pengalaman Oska Setyana menjadi penyiar RASI selama lebih dari 31 tahun. (Photo: Koleksi pribadi)

Jam siaran pun mulai ditambah, dengan mencapai puncaknya di tahun 1970-an dimana jumlah jam siaran menjadi 9 jam, yang terbanyak sejauh ini dan penyiarnya dibagi dalam 3 shift kerja. Dalam satu masa, jumlah penyiar dan staf RASI, terbanyak mencapai 25 orang.

Studio siaran RASI pun beberapa kali pindah tempat. Semuanya di Melbourne, mulai di sebuah gedung tua yang terletak di tengah kota di Leichardt Street, kemudian ke gedung bekas pabrik roti yang lebih baikan di Lonsdale Street. Baru kemudian pindah ke gedung yang megah, ke pinggiran kota di radius 27 kilometer dari pusat kota Melbourne di daerah East Burwood, di atas tanah seluas 18,2 hektar. Dan di tahun 1994 Radio Australia kembali ke pusat kota, tepatnya di daerah Southbank di belakang gedung Art Centre sampai sekarang.

Selain saya sendiri, RASI sudah banyak menghasilkan penyiar yang namanya banyak dikenal di Indonesia. Nama-nama seperti Ebet Kadarusman, Joe Coman yang fasih berbahasa Indonesia, yang sering dipanggil Bung Joko, Nuim Khaiyath, Nina Yusak dan Alan Morris selalu identik dengan Radio Australia.

Saya sendiri bergabung dengan RASI, pada tanggal 15 Agustus 1983 setelah kami sekeluarga pindah dari Bandung. Dalam rentang waktu 31 tahun tentu saja begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan.

Salah satu acara yang saya bawakan yang menarik banyak penggemar adalah Pagi Gembira Musik Indah Lagu Indah (Pagem Mili) dan selain itu saya juga membawakan acara lingkungan.

Salah satu pengalaman yang tak dapat dilupakan adalah ketika RASI melakukan OB (Outside Broadcast, siaran di luar ruangan) di World Expo 88 di kota Brisbane. Bersama dengan penyiar RASI lainnya Resmi Davidson, kami harus mewawancarai seorang Menteri dari Indonesia yang berkunjung ke stand Indonesia. Ketika bertatap muka untuk diwawancara, Pak Menteri minta daftar pertanyaan sebelum mau diwawancara.

Ketika melihat daftar-daftar pertanyaan, Pak Menteri menolak daftar pertanyaan saya dan memilih pertanyaan yang diajukan Resmi Davidson. Dengan alasan pertanyaan yang saya ajukan terlalu panjang-panjang. Kekecewaan pertama yang berbekas dalam tugas mewawancarai narasumber.

Mewawancarai Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad yang sedang berkunjung ke Melbourne (Photo: Sastra Wijaya)

Dalam perjalanan selama 72 tahun terakhir, RASI tidak saja berubah nama, mulai dari Suara Australia Seksi Indonesia, sampai ke sekarang menjadi Australia Plus Indonesia, namun juga berubah karena teknologi yang menuntutnya.

Selama puluhan tahun, radio menjadi produk utama, dengan peralatan kerja dimulai dari mesin ketik, dengan sekarang ABC Australia Plus Indonesia muncul sebagai produk digital di internet, dengan komputer sebagai peralatan kerja utama.

Dalam pengalaman penyiaran yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya bertugas melakukan OB di Jakarta Fair tahun1994 bersama Nuim Khaiyath. Kami ketika itu berkesempatan bertatap muka langsung dengan para pendengar yang datang ke Jakarta dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain berkesan, tentu saja banyak juga pengalaman lucu. Kesalahan yang paling tak dapat dilupakan adalah saat membacakan berita. Saya melafalkan kata terbalik-balik dan salah, dan meski pun sudah saya ulang kembali berita itu, tetap saja lafalnya salah, yang diakhiri dengan tertawa tak bisa berhenti, terdengar mengudara, sampai harus digantikan oleh rekan penyiar lain.

Seperti kebiasaan beberapa orang Bandung lainnya, saya pernah mengalami kesulitan melafalkan keliru adalah 'Pasifik', yang saya baca sebagai 'Fasipik'. Huruf P saya baca F, sedang huruf F saya baca P. Dan kata Pasifik itu muncul berulangkali dalam beberapa kalimat. Dan saya baca terbalik-balik semuanya. Dan hasilnya menuai kritikan dari sejumlah pendengar lewat surat yang berdatangan.

Dalam perjalanan selama 72 tahun terakhir, kami sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan budaya antara Australia dan Indonesia, apapun teknologi yang menyertainya, dan saya bangga telah menjadi bagian dari semua ini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement