Selasa 12 Aug 2014 14:18 WIB

Akhirnya, AS Kirim Obat Ebola ke Liberia

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Petugas kesehatan Liberia mengevakuasi jasad korban Ebola dari rumahnya di Monrovia, Liberia, pada 8 Agustus.
Foto: EPA/Ahmed Jallanzo
Petugas kesehatan Liberia mengevakuasi jasad korban Ebola dari rumahnya di Monrovia, Liberia, pada 8 Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Liberia akan menerima obat yang belum lolos uji coba untuk menangani virus ebola yang semakin menyebar. Obat itu terpaksa diminta untuk mengobati para dokter yang terinfeksi di Afrika Barat.

Dalam pernyataannya di website kepresidenan Liberia pada Senin, disebutkan Amerika Serikat telah menyetujui permintaan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf untuk mengirimkan obat-obatan yang dikenal sebagai Zmapp.  Padahal Obama sempat menegaskan tak akan mengirimkan Zmapp karena belum selesai diujicoba di AS.

Tetapi, setelah pada Jumat lalu, Presiden Liberia telah meminta secara langsung kepada Obama untuk mengirimkan obat uji coba Ebola. Permintaan itu pun dikabulkan. Meskipun begitu, juru bicara Departemen Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS (HHS), mengatakan otoritas AS telah membantu menghubungkan pemerintahan Liberia dengan pabrik obat-obatan.

“Sejak obat tersebut dikirimkan untuk penggunaan di luar AS, sejumlah langkah yang tepat harus diikuti,” kata juru bicara HHS, seperti dilansir dari laman Aljazeera. Lanjutnya, perusahaan obat-obatan tersebut telah bekerja secara langsung dengan pemerintahan Liberia.  

Dalam pernyataannya, pemerintah Liberia menyebutkan kepala WHO, Margaret Chan, telah menyetujui pengiriman tambahan uji coba obat-obatan ke Liberia untuk mendukung perawatan terhadap para dokter yang terinfeksi. Obat-obatan itu akan dikirimkan oleh ahli WHO pada pekan ini.

Lewis Brown, menteri komunikasi Liberia, mengatakan masih belum jelas berapa banyak obat-obatan yang akan dikirimkan. Namun, obat tersebut akan tiba di Monrovia dalam waktu 48 jam.

Pemerintah Liberia juga telah menyadari resiko penggunaan obat yang belum selesai diteliti ini oleh para penderitanya. Tetapi, tak ada pilihan lain yang bisa diambil oleh Liberia.

“Pilihannya jika tidak menguji obat ini adalah kematian, kematian yang pasti,” katanya.

sumber : Aljazeera/bbc
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement