REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA -- Sejumlah warga menerobos masuk sebuah pusat karantina untuk pasien ebola dan menjarah barang-barang di dalamnya. Di antara barang yang mereka ambil termasuk seprei bernoda darah dan kasur. Kekerasan tersebut terjadi di West Poin, sebuah kawasan kumuh terbesar di ibukota Monrovia, Sabtu pekan lalu.
Penduduk West Poin menjarah dan mencuri benda-benda di klinik yang diduga terinfeksi virus. Seorang polisi senior yang tidak ingin disebut identitasnya mengatakan warga mengambil perlengkapan medis, kasur dan seprai yang bernoda darah.
"Di antara rumah-rumah penduduk kalian bisa melihat warga berlarian dengan barang jarahan dari pasien," ujar dia, Ahad (17/8).
Dia kini khawatir seluruh West Poin akan terinfeksi ebola. Seorang warag Richard Kieh mengatakan beberapa barang jarahan sangat jelas terdapat darah, muntahan dan tinja.
Dilansir //Al Jazeera//, Ahad, para penyerang memaksa 17 pasien meninggalkan pusat karantina. Seorang saksi mata Rebecca Wesseh mengatakan para penyerang sebagian besar pemuda. Mereka mempersenjatai diri dengan tongkat pemukul.
Wesseh mengatakan mereka meneriakkan slogan antipemerintah dan bersikeras mengatakan tidak ada ebola di Liberia. "Mereka merusak pintu dan menjarah. Pasien kabur semua," ujarnya.
Kepala Asosiasi Pekerja Kesehatan Liberia George Williams mengatakan klinik tersebut menampung 29 pasien. Mereka sedang menerima perawatan awal sebelum dibawa ke rumah sakit.
"Dari 29 pasien, 17 kabur semalam. Sebanyak sembilan orang meninggal empat hari lalu dan tiga lainnya dibawa paksa oleh kerabatnya. Mereka semua positif ebola," kata Williams.
Bukan tidak mungkin insiden ini bisa menimbulkan infeksi baru di Liberia.
Pemerintah Liberia pun khawatir perusakan dan penjarahan itu akan menyebabkan virus ebola akan menyebar lebih luas. Asisten Menteri Kesehatan Tolbert Nyenswah mengatakan aksi tersebut diprakarsai warga yang marah karena pasien yang berada di pusat karantina berasal dari wilayah lain.