REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Seorang dokter asal Brisbane, dikirim ke Sierra Leone untuk menolong korban Ebola. Dia merasa yakin, dirinya akan lebih terproteksi daripada pekerja internasional yang terjangkit virus mematikan itu.
Awal bulan ini, seorang pekerja asal Amerika, yang bekerja meneliti virus mematikan itu ketika berada di Liberia, akhirnya terinfeksi. Sementara itu, dua pria Austria yang diopname karena diduga terinfeksi virus Ebola, akhirnya dinyatakan bersih.
“Kami akan memiliki peralatan protektif yang diwajibkan sehingga kami akan lebih terlindungi ketimbang mereka di sana. Tentu saja , tak ada yang tanpa resiko, tapi kalau kita berpikir secara seimbang, hal baik yang dapat kita lakukan itu lebih penting dan saya rasa ini adalah penyakit yang bisa dicegah, lebih penting berkata demikian,” ujar dokter Jenny, baru-baru ini.
Ia menuturkan, ia akan mengenakan jubah lengkap yang menutupi tubuh, masker wajah penuh dan sepatu boot.
“Ini akan menjadi peralatan proteksi seluruh badan. Kondisi pekerjaan kami akan cukup sulit dan sebenarnya ketakutan terbesar saya adalah tak melakukan pekerjaan dengan baik, itu yang menjadi fokus saya, memastikan pekerjaan berjalan baik,” ungkapnya.
Epidemi Ebola di Afrika Barat sejauh ini adalah yang paling mematikan sejak virus ini ditemukan 4 dekade lalu di, negara yang kini disebut, Republik Demokratik Kongo atau DRC.
Badan Kesehatan PBB ‘WHO’ mengatakan, korban tewas telah mencapai 1229 jiwa, dengan jumlah korban terbanyak berada di Liberia, Guinea, Sierra Leone, dan 4 kasus di Nigeria.
Sekitar 2240 orang juga dipastikan atau terduga menderita penyakit ini.
Dokter Jenny telah bekerja dengan Palang Merah dalam sejumlah peristiwa di berbagai zona perang, namun biasanya ia bergabung sebagai bagian dari tim bedah.
“Saya sadar bahwa WHO mengatakan, situasi di Afrika benar-benar di luar kendali dan Palang Merah telah memiliki rencana untuk mengurangi penyebaran penyakit ini dan saya ingin menjadi bagian dari pertolongan itu,” sebutnya.
Ketika ia nanti kembali ke kampung halaman, ia akan berada di rumah selama 21 hari untuk menjalani periode isolasi.
Peluang Ebola menyebar ke Australia masih kecil
Seorang pakar kesehatan masyarakat mengatakan, ada peluang bagi Ebola untuk terbawa hingga ke Australia dari orang-orang yang kembali dari area tersebut, namun peluang penyebarannya sangat kecil dibanding di Afrika.
Profesor Kesehatan Masyarakat, Gerry Fitzgerald, dari Universitas Teknologi Queensland mengatakan, peluang virus itu menyebar dari satu orang ke orang lainnya di Australia ‘masih kecil’.
“Jika seseorang terkena penyakit itu di sini, otorita kesehatan masyarakat kita kemudian akan mengisolasi orang tersebut beserta kontaknya dengan sangat cepat, guna memonitor mereka dari dekat. Pastinya seseorang yang terinfeksi di Australia akan memiliki peluang jauh lebih baik ketimbang jika mereka terinfeksi di negara yang tak memiliki standar kesehatan serupa milik kita,” urai Profesor Gerry.
Ia juga menambahkan, Ebola tak se-menular flu, dan hanya bisa terjangkit jika seseorang terkena cairan tubuh seperti darah atau ludah.