Kamis 21 Aug 2014 13:45 WIB

Warga Berontak Disalahkan dan Diisolasi karena Ebola

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Esthi Maharani
Ebola
Foto: AP
Ebola

REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA -- Polisi antihuru-hara dan tentara Liberia mulai menjalankan perintah presiden untuk mengkarantina kawasan kumuh West Poin, Rabu (20/8). Mereka menggunakan potongan kayu dan kawat berduri sebagai barikade untuk menjaga sekitar 50 ribu warga tetap berada di kawasan mereka.

Tindakan aparat tersebut menyulut kemarahan warga. Mereka tidak terima disalahkan dan diisolasi oleh pemerintah karena ebola. Seorang remaja 15 tahun terluka saat mencoba melewati kawat berduri saat pasukan keamanan melepaskan tembakan peringatan ke udara.

West Poin merupakan kawasan yang diabaikan pemerintah. Sebagian besar warganya tidak lagi menaruh kepercayaan kepada pemerintah. Tempat ini dikelilingi sampah yang mengapung sepanjang satu kilometer di semenanjung Liberia.

Warganya terbiasa buang air besar di tempat terbuka. Mereka membeli air minum dan warga bergantung pada pasar setempat untuk mendapatkan makanan. Akibat karantina, banyak pedagang yang terjebak di dalam dan membuat harga makanan naik dua kali lipat

"Kenapa kalian memperlakukan warga dengan buruk seperti ini? Bagaimana bisa kami berdamai dengan pemerintah yang seperti ini? Ini tidak adil. Kami manusia," ujar salah satu warga Mohamed Fahnbulleh, Rabu (20/8).

West Poin memang menjadi perhatian pemerintah Liberia. Beberapa hari lalu, klinik pemeriksaan ebola di lokasi tersebut diserang. Mereka menjarah seprai dan kasur bernoda darah dan feses pasien.

Mereka menuding pemerintah membawa orang sakit ke wilayah mereka. Hal ini menyebabkan 37 pasien kabur. Tindakan mereka juga berpotensi menyebarluaskan virus ebola.

Presiden Ellen Johnson Sirleaf merespon dengan memberlakukan jam malam dan memerintahkan untuk mengisolasi West Poin dan kawasan kumuh lain Dolo Town. Dia juga memerintahkan bioskop, klub malam dan tempat berkumpul lain tutup. Layanan kapal feri dihentikan dan penjaga pantai diterjunkan untuk berpatroli di perairan setempat.

"Tidak ada seorangpun yang boleh masuk atau keluar dari lokasi itu," ujar Sirleaf.

Dia tidak mengatakan berapa lama blokade akan berlangsung atau bagaimana warga yang terjebak di dalam bisa mendapatkan makanan, air dan bantuan lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement