Sabtu 30 Aug 2014 08:54 WIB

ISIS Bukan Ancaman Barat, Tapi Islam dan Timur Tengah

Rep: Elba Damhuri/ Red: Yudha Manggala P Putra
ISIS
Foto: Reuters
ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Fenomena berdirinya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dengan segala aksi-aksinya benar-benar mengejutkan dunia. Barat mengaku khawatir atas eksistensi ISIS dan berjanji akan terus memeranginya.

Kolomnis politik Timur Tengah the Guardian, Sunny Hundal, menilai Barat memang terancam atas kehadiran ISIS. Namun, kata dia, ancaman terbesar ISIS justru datang kepada umat Islam dan negara-negara Islam di Timur Tengah.

Negara-negara Barat memang takut atas kemungkinan lahirnya sel-sel ISIS di negara mereka. Barat juga, kata Sunny, resah atas kembalinya warga Muslim radikal dari Irak atau Suriah ke negeri mereka yang akan memberikan pengaruh buruk.

"Tapi sebetulnya, yang harus jauh lebih khawatir adalah umat Islam dan negara-negara Timur Tengah yang terkena dampak langsung aksi ISIS," kata Sunny seperti dikutip Aljazeera, Jumat (29/8).

Pembunuhan brutal terhadap wartawan Amerika Serikat (AS) James Foley oleh ISIS memang begitu menakutkan. Tapi, Sunny mengatakan jumlah warga Irak yang dieksekusi para pejuang ISIS jauh lebih banyak dari itu.

Sejak ISIS beraksi, ratusan warga sipil Irak dan Suriah telah menjadi korban. Kebanyakan korban ISIS berasal dari kalangan Muslim, baik itu Sunni maupun Syiah. Kaum minoritas pun ikut menjadi sasaran kekejaman ISIS seperti Kristen dan Kurdi di Irak.

ISIS semakin besar karena didukung pendanaan yang hebat dari ladang-ladang minyak yang direbut. Selain itu, ISIS menghasilkan uang dari pembangkit-pembangkit listrik yang direbutnya, untuk dijual kepada Pemerintah Suriah dan Irak.

Sunny Hundal adalah penulis buku elektronik berjudul "India Dishonoured: Behind a Nation's War on Women". Ia juga penulis tetap di Guardian dan New Statesman.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement