REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan memaparkan strategi perang melawan kelompok garis keras ISIS (Daulah Islam) pada Rabu pukul 21.00 waktu setempat di Washington atau Kamis, 08.00 WIB.
Obama diperkirakan akan menyampaikan bahwa serangan militer terbatas dibantu dengan koalisi internasional dapat mengalahkan Daulah Islam sebelum kelompok garis keras Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tersebut mengancam keamanan nasional Amerika Serikat.
Namun di sisi lain, Obama juga akan memastikan kepada publik Amerika Serikat bahwa dia tidak akan mengirim pasukan darat ke Irak mengingat kesalahan yang pernah dilakukan Washington pada 2003 lalu.
Sampai saat ini belum diketahui apakah serangan tersebut akan diperluas bukan hanya di Irak melainkan juga ke Suriah.
Selain itu, pidato Obama juga diperkirakan tidak akan mengungkap jangka waktu serangan Amerika Serikat kepada Daulah Islam.
Sejumlah media menulis bahwa operasi militer itu akan bertahan sampai masa kepresidenan Obama berakhir pada Januari 2017.
"Warga Amerika Serikat harus mengerti bahwa serangan ini membutuhkan komitmen jangka panjang," kata juru bicara Gedung Putih John Earnest.
Obama memilih menyampaikan pidato rencana serangan itu menjelang peringatan 13 tahun serangan 11 September, saat kelompok radikal Islam menyerang teritori Amerika Serikat secara langsung untuk pertama kali dan memicu operasi militer luar negeri yang belum selesai hingga saat ini.
Earnest mengatakan bahwa Obama akan "berbicara mengenai resiko yang dihadapi Amerika Serikat. Dia juga akan menyampaikan strategi untuk mematahkan resiko tersebut dan kemudian menghancurkan kelompok Daulah Islam."
Menurut keterangan Earnest, Obama berharap kepemimpinan baru di Irak akan menjalankan pemerintahan yang lebih inklusif dibandingkan dengan periode mantan perdana menteri Nuri al-Maliki--yang kebijakannya banyak menimbulkan sektarianisme dan memudahkan pergerakan Daulah Islam.
Sebelumnya pada Selasa, Obama telah memberitahu rencananya terhadap sejumlah tokoh di Kongres. Seorang staf dari ketua majelis rendah John Boehner mengatakan bahwa sang presiden akan mengirim sejumlah tentara ke Irak dalam misi yang dibatasi hanya untuk melatih tentara Irak.
"Ketua majelis rendah mengatakan bahwa dia mendukung presiden jika dia hendak mengirim tentara untuk pelatihan dan memainkan peran strategis bagi pasukan keamanan Irak. Pasukan itu juga akan membantu serangan udara dengan target tokoh-tokoh Daulah Islam," kata staf tersebut.
Sampai saat ini pihak Gedung Putih belum membenarkan keterangan itu.
Obama--yang membanggakan berakhirnya perang di Afghanistan dan Irak sebagai bagian dari prestasi besarnya--juga mendapat tekanan untuk membantu gerilyawan moderat Suriah dari kelompok Free Syrian Army.
Washington harus memastikan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak mendapatkan keuntungan dari serangan Amerika Serikat terhadap Daulah Islam--yang juga menguasai sebagian wilayah Suriah.
Pidato pada Kamis pagi akan menjadi kesempatan bagi Obama untuk menjawan kritik bahwa di lambat menangani Daulah Islam. Dua pekan lalu kredibilitas Obama tercemar saat mengakui bahwa belum mempunyai strategi bagaimana mengalahkan Daulah Islam di Suriah.
Sementara itu mengenai koalisi internasional, Obama telah memulai membangun dukungan saat menghadiri konferensi puncak NATO pada pekan lalu di Wales.
Selain itu, Menteri Pertahanan Chuck Hagel dan Menteri Luar Negeri John Kerry mengunjungi sejumlah negara di Timur Tengah untuk mempercepat pembentukan koalisi internasional melawan Daulah Islam.