REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengeluarkan sebuah rekaman video, yang menunjukan eksekusi pemenggalan warga negara Inggris, David Haines (44), pada Sabtu (13/9) kemarin.
Seperti dikutip dari Reuters, video itu mirip dengan video saat kelompok ISIS mengeksekusi dua orang jurnalis asal Amerika Serikat, James Foley dan Steven Sotloff beberapa bulan lalu. David Haines adalah pekerja kemanusian dari Badan Kerjasama Teknik dan Developement (ACTED), yang diculik tidak lama ia berada di Suriah.
Dalam video berjudul "Pesan untuk Amerika dan Sekutunya", salah seorang anggota ISIS mengatakan jika eksekusi terhadap David Haines karena sikap Perdana Menteri Inggris David Cameron yang ikut bergabung dalam koalisi untuk memerangi ISIS bersama Amerika dan Irak.
"Orang Inggris ini harus membayar apa yang kau janjikan Cameron, untuk mempersenjatai Peshmerga (tentara Kurdi) dalam melawan negara Islam," ujar seorang pria yang mengenakan baju dan penutup kepala berwarna hitam.
Setelah itu video menampilkan gambar David Haines yang dipenggal dalam kondisi berlutut dan mengenakan pakaian berwarna oranye. Di akhir video, anggota ISIS itu mengirimkan ancama akan terus membunuh sandera yang ada, jika PM Inggris tetap mendukung upaya koalisi Amerika dalam memerangi ISIS.
Menanggapi beredarnya video itu, PM Inggris David Cameron mengutuk aksi pembunuhan terhadap David Haines. Ia pun menyampaikan belasungkawa terhadap keluarga korban.
"Itu adalah sebuah pembunuhan yang keji dan mengerikan terhadap seorang pekerja kemanusiaan yang tidak bersalah. Itu adalah benar-benar kejahatan. Hati ku tertuju kepada keluarga David Haines, yang telah menunjukan keberanian dan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi situasi ini," ujarnya.
"Kami akan mengerahkan sekuat tenaga untuk memburu dan menangkap para pembunuh serta memastikan mereka mendapat hukuman, sampai kapan pun juga," katanya.