REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Sierra Leone memerintahkan enam juta warganya berada di rumah selama tiga hari mulai Jumat (19/9). Saat mereka berada di rumah relawan akan menyisir setiap rumah mencari pasien ebola yang bersembunyi.
Relawan juga akan membagikan 1,5 juta sabun batangan dan memberi penyuluhan mengenai cara menghindari ebola. Banyak warga yang mengidap ebola menolak pergi ke dokter karena menganggap rumah sakit adalah tempat orang yang akan meninggal. Sebagian ditolak rumah sakit karena rumah sakit tidak mampu menampung pasien lagi.
"Hari ini hidup setiap orang dipertaruhkan. Namun, kita bisa mengatasinya jika kita melakukan apa yang harus dilakukan," ujar Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma, Kamis (18/9).
Dewan Keamanan (DK) PBB menyebut krisis tersebut sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional. DK PBB juga meminta semua negara menyiapkan tenaga ahli, rumah sakit lapangan dan obat-obatan.
Di Guinea, tujuh jenazah ditemukan. Sebanyak tiga di antaranya merupakan jurnalis radio. Sebelumnya sekelompok pekerja kesehatan Guinea mencoba memberi pemahaman mengenai ebola kepada warga. Namun, mereka diserang warga yang bersenjatakan pisau dan batu.
Banyak warga di Afrika Barat menanggapi dengan takut dan panik ketika orang luar datang dan melakukan penyuluhan. Mereka bahkan menyerang klinik.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ebola telah menginfeksi lebih dari 5.300 orang dan menewaskan 2.600 orang di Afrika Barat. Lebih dari 700 kasus terjadi pekan lalu di Afrika Barat.