Ahad 05 Oct 2014 13:13 WIB

Demonstran Hongkong Buka Akses Jalan Bagi PNS

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Esthi Maharani
Polisi Hongkong saat menangkap demonstran.
Foto: AP
Polisi Hongkong saat menangkap demonstran.

REPUBLIKA.CO.ID, HONGKONG -- Pemimpin demonstrasi prodemokrasi Hongkong bersedia membuka akses ke gedung pemerintah sehingga pegawai pemerintah bisa kembali bekerja pekan depan. Namun, dia menolak mengakhiri demonstrasi.

Pemimpin eksekutif Hongkong Leung Chun-ying telah memperingatkan situasi bisa lepas kendali dan menyebabkan konsekuensi serius terhadap keselamatan publik dan tatanan sosial.

Dalam pernyataannya di televisi setempat, Sabtu, dia mengatakan hal yang paling mendesak adalah membuka akses menuju kantor pusat pemerintah sehingga 3.000 PNS bisa kenmbali bekerja dan melayani masyarakat. Pemimpin gerakan "Occupy Central" Benny Tai mengatakan pengunjuk rasa akan mengizinkan PNS kembali bekerja.

"Kami hanya menargetkan CY (Leung), bukan pegawai pemerintah lain. Dengan membuka akses, CY tidak memiliki alasan untuk membubarkan gerakan kami dan menyebarkan rumor," ujar Benny kepada ribuan pendukung mudanya, Sabtu (4/10).

Salah satu pendemo Jericho Li (19 tahun) mengatakan mereka akan bertahan sampai memenangkan pertarungan. Mereka juga tidak akan pergi dan siap menanggung risiko.

Aksi unjuk rasa mahasiswa telah memasuki hari ke delapan. Aksi tersebut mau tidak mau mematikan aktivitas di Hongkong yang biasanya sibuk dengan aktivitas perekonomian. Banyak warga yang menginginkan protes berakhir atau pindah ke tempat lain sehingga pekerja, sekolah dan PNS bisa kembali bekerja.

"Saya mendukung mahasiswa karena motif mereka bagus. Tapi saya pikir sebagian mereka keluar jalur. Kita seharusnya mundur tiga atau empat hari lalu saat pemerintah menarik polisi huru-hara. Dengan begitu kita akan dapat dukungan publik. Pemerintah mencoba memecah kita," kata seorang warga Grant Yip (36 tahun).

Setelah polisi menembakkan gas air mata pada demonstran pekan lalu, aksi massa berjalan relatif tenang. Namun, bentrokan kembali pecah pada Jumat.

Polisi mencoba mengendalikan kelompok prodemokrasi dan proCina di Mong Kok. Sebanyak 18 orang terluka, termasuk enam polisi. Sebanyak 19 orang ditahan, termasuk delapan orang yang diduga anggota Triad, sebuah gang kriminal terorganisir.

Sebagian besar warga marah dan frustrasi atas penanganan polisi itu. Beberapa menuduh polisi bekerja sama dengan Triad dan membantu penyerang kabur dari tempat kejadian.

Menteri Keamanan Hongkong Lai tung-kwok membantah tuduhan bekerja sama dengan Triad. Amnesty International mengeluarkan pernyataan yang mengkritik polisi karena gagal melindungi ratusan pendemo yang melakukan aksinya dengan damai.

Salah satu kelompok mahasiswa penggagas gerakan "Occupy Central" mengatakan membatalkan rencana pembicaraan dengan pemerintah karena menurut mereka, otoritas telah berencana menyerang demonstran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement