REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- Pasien ebola pertama di Amerika Serikat Thomas Eric Duncan (45 tahun) meninggal dunia, Rabu (8/10).
"Dengan kesedihan mendalam dan kekecewaan yang tulus kami harus memberitahu kematian Thomas Eric Duncan pagi ini (Rabu) pukul 07.51," ujar juru bicara Texas Health Presbyterian Hospital di Dallas melalui pernyataan resminya, dikutip dari //BBC//.
Rumah sakit tidak merinci bagaimana akan menangani jasad Duncan. Namun, rumah sakit akan mengikuti protokol dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Otoritas kesehatan Negara Bagian Texas mengatakan Duncan akan dikremasi. Dalam panduan, butuh kecermatan dalam menangani jasad pasien ebola. Jasad harus dimasukkan dalam dua kantong jenazah dan kantong tersebut harus diberi disinfektan.
Jenazah tersebut lantas dapat diangkut tanpa perlu pakaian pelindung bagi sopir atau siapapun yang berada dekat kantong jenazah.
Duncan terjangkit ebola di negaranya Liberia. Duncan positif terjangkit ebola di Dallas pada 30 September atau 10 hari setelah tiba dari Monrovia melalui Brussels.
Dia sakit beberapa hari setelah tiba di AS. Dia mengatakan kepada staf rumah sakit dia baru datang dari Liberia, namun rumah sakit memulangkannya dan memberinya antibiotik.
Empat hari kemudian, dia dikarantina. Kondisinya terus memburuk. Sebanyak 10 orang yang melakukan kontak dengannya dipantau kondisinya.
Dia menerima obat uji coba sejak Sabtu, enam hari setelah dia dirawat. Para ahli ebola mempertanyakan mengapa Duncan menerima obat uji coba brincidofovir yang dibuat oleh Chimerix Inc yang belum pernah diuji pada manusia atau hewan. Padahal ada obat TKM-Ebola yang diproduksi oleh Tekmira Pharmaceuticals.
TKM-Ebola pernah diberikan pada pasien ebola dari AS lain Rick Sancra yang terkangkit ebola saat berada di Liberia. Dan dia sembuh.
"Kesedihan kami bersama keluarga. Kematiannya menunjukkan kita tidak memiliki margin eror yang banyak. Jika kita tidak mengikuti protokol dan prosedur yang seharusnya, maka kita menempatkan komunitas kita dalam risiko," kata Presiden AS Barack Obama.