REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Nigeria pada Kamis (23/10) berkomitmen mengirim 600 relawan untuk membantu upaya memerangi wabah Ebola yang sampai kini telah merenggut hampir 5.000 jiwa di Afrika Barat.
Saat ini tiga negara yang paling terdampak Ebola yaitu Liberia, Sierra Leone, dan Guinea mengalami kekurangan dokter dan perawat terlatih meski mendapatkan bantuan finansial besar dari komunitas internasional. Dengan kondisi tersebut, negara-negara Afrika mendapatkan kritik tajam, salah satunya dari Liberia yang mengecam kurangnya solidaritas kawasan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sempat menyesalkan langkah sejumlah negara tetangga yang menutup perbatasan dan menilai kebijakan tersebut hanya memperburuk kondisi karena secara efektif memotong suplai obat-obatan.
Sementara itu Nigeria, negara dengan ekonomi terbesar di Afrika, mempunyai pengalaman mencegah penyebaran Ebola dengan jumlah kasus 20 dan kematian delapan. Nigeria bahkan telah dinyatakan bebas-Ebola oleh WHO pada Senin lalu.
"Nigeria mempunyai 600 pekerja kesehatan yang berpengalaman menangani Ebola dan siap membantu negara-negara lain mengatasi hal sama," kata Menteri Kesehatan Nigeria Khaliru Alhassan.
"Kontingen pertama dengan anggota 250 orang akan segera diberangkatkan," kata Alhassan tanpa memberi keterangan lebih lanjut mengenai tanggal dan bulan.
Di sisi lain Kepala Komisi Uni Afrika, Nkosazana Dlamini-Zuma, mengatakan bahwa sejumlah negara di Afrika Timur telah berjanji untuk mengirim 600 relawan. Republik Demokratik Kongo, yang pernah enam kali terkena wabah Ebola sejak pertama kali ditemukan pada 1976, juga menjanjikan pelatihan bagi 1.000 relawan, kata Dlamini-Zuma.
WHO sendiri sebelumnya meminta bantuan sebanyak 12.000 staf lokal dan 750 pakar asing namun baru-baru ini menaikkannya menjadi 20.000 dan 1.000. Sampai saat ini baru ada 600 pakar asing.
Selain dari negara-negara Afrika, bantuan juga datang dari komunitas internasional lain dalam bentuk tim medis dan pasokan peralatan kesehatan untuk Sierra Leone, Liberia, dan Guinea yang memang dinilai mempunyai sistem kesehatan yang memadai.
Amerika Serikat mengirim 3.000 personil militer dengan misi membangun 17 unit perawatan Ebola dan melatih para dokter lokal. Sementara Kuba juga menempatkan ratusan petugas medis.