REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat mengecam Israel karena berniat membangun 1.000 rumah lagi untuk pemukim Yahudi di timur Yerusalem. AS menilai tindakan itu "tidak sesuai" atau bertentangan dengan upaya perdamaian.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki pada Selasa (28/10) mengatakan pemerintah AS "sangat prihatin" mendengar laporan tentang langkah pembangunan 1.000 unit rumah Yahudi oleh Israel.
Selain itu, ia mengatakan pejabat kedutaan AS sedang melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan para pemimpin Israel untuk mencari informasi lebih lanjut.
"Kami akan terus membuat posisi kami benar-benar jelas bahwa kami memandang aktivitas pemukiman itu sebagai langkah yang tidak sah dan jelas menentang unilateral dan akan berdampak pada masa depan Yerusalem," kata Psaki.
"Para pemimpin Israel telah mengatakan mereka akan mendukung upaya menuju solusi dua negara (Israel - Palestina), tetapi mereka bergerak maju dengan jenis tindakan yang bertentangan dengan upaya menuju perdamaian," tambahnya.
Pemerintah AS berulang kali mengecam langkah pembangunan permukiman Yahudi, baik di wilayah Tepi Barat maupun di timur Yerusalem, kota yang diklaim oleh pihak Israel dan Palestina sebagai ibukota masa depan negara mereka dalam setiap perjanjian damai.
Namun, pemerintah AS gagal untuk bertindak sesuai kata-katanya mengingat terancam konsekuensi bertentangan dengan Israel, dan AS tetap menjadi sekutu utama negara Yahudi itu.
"Hubungan antara kami (Israel-AS) tak tergoyahkan," Psaki menegaskan.
"Ada kalanya kami tidak setuju dengan tindakan pemerintah Israel, termasuk ... masalah pembangunan permukiman, di mana kami memiliki keprihatinan yang mendalam tentang beberapa langkah-langkah yang diambil pemerintah Israel," kata dia.
"Kami menyatakan ketidaksetujuan itu kepada pihak Israel, tetapi itu tidak berarti bahwa kami tidak memiliki hubungan yang kuat dan tangguh yang terus berlanjut," ujar Psaki.