REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Kabinet Kenya pada Kamis (30/10) mengumumkan langkah terperinci sebagai bagian dari rencana tanggap darurat bagi kesiapan menghadapi Ebola guna memastikan negara di Afrika Timur itu terbebas dari penyakit tersebut.
Kabinet itu, yang bertemu di bawah pimpinan Presiden Uhuru Kenyatta, menginstruksikan pembentukan satu komite ahli guna memantau negeri tersebut selama 24 jam untuk mengetahui setiap tanda penyakit itu.
"Kabinet menyampaikan kepuasannya dengan langkah yang diambil dan mendesak rakyat Kenya agar tetap siaga penuh di mana pun mereka berada sebagai cara menjamin negara kita tetap terbebas dari penyakit tersebut," kata pernyataan itu.
Sejauh ini, Lembaga Penelitian Medis Kenya (KEMRI) telah memeriksa sedikitnya 36 kasus kesiapan, semuanya negatif Ebola, demikian laporan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Jumat pagi.
KEMRI adalah laboratorium yang diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memeriksa dan mengkonfirmasi kasus Ebola. Laboratorium tersebut memiliki kemampuan untuk melayani sub-wilayah itu.
"Untuk memastikan tak ada penularan di negeri ini, pemerintah telah memerintahkan 100 persen pemeriksaan semua penumpang udara yang memasuki wilayah Kenya," kata pernyataan tersebut.
Menurut pernyataan itu, 11 mesin pemeriksa sudah dipasang di bandar udara utara. Mesin lain akan dipasang dalam beberapa hari ke depan.
Pembangunan instalasi isolasi di Rumah Sakit Nasional Kenyatta --rumah sakit terbesar rujukan di Kenya, yang telah disiapkan sebagai instalasi isolasi sementara selain dua instalasi lain-- sedang dalam pembangunan di dua rumah sakit lain, katanya.
Kabinet tersebut menyatakan 10.000 orang sudah dilatih untuk menyediakan bantuan dalam penanganan penyakit dan mempersiapkan kemungkinan terburuk.