REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dengan tegas mengecam gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak dan Suriah. Pembantaian yang dilakukan ISIS bukan perilaku yang berdasarkan nilai agama Islam.
“Demi Allah, membunuh anak-anak, orang tua, serta pembantaian kaum Yazidi bukanlah perintah Islam,” ujar ketua Umum PBNU, Said Aqil Siraj dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Ahad (2/10).
Kiai Said membantah, pembunuhan yang dilakukan oleh gerakan radikal tersebut bersumber dari ajaran agama Islam. Menurut dia, Islam tidak pernah mengajarkan penganutnya untuk membunuh orang yang tak berdosa.
Lebih dari itu, Islam merupakan agama yang mencintai kedamaian dan mengharuskan umatnya menghormati agama lain.
Dia juga merasa prihatin atas keterlibatan pemuda Indonesia dalam gerakan ISIS di Irak dan Suriah. Menurut dia, gerakan yang dipimpin oleh Abu Bakr Albaghdadi ini berhasil memepengaruhi dan mengajak sekitar 600 warga Indonesia untuk bergabung dan berangkat ke Irak dan Suriah.
“Sudah 600 warga Indonesia yang berangkat membantu ISIS,” ujar Kiai Said.
Dalam rilisnya, Nahdlatul Ulama menganggap gerakan radikal merupakan persoalan yang cukup membahayakan bagi Islam. Gerakan ini tidak hanya merusak islam dari luar, namu juga menghancurkan islam dari dalam.
Menurut NU, pemerintah harus turun tangan secara penuh dalam menanggulangi persoalan radikalisasi agama ini. “Menggalakkan kembali pendidikan pancasila dan ke-NKRI-an kepada segenap lapisan masyarakat,” sebagaimana yang ditulis dalam pers rilis hasil Konbes NU 2014.