REPUBLIKA.CO.ID, NEBRASLA -- Seorang ahli bedah dari Sierra Leone telah meninggal akibat virus Ebola di rumah sakit Nebraska di mana ia dirawat, setelah tiba dari Afrika Barat akhir pekan lalu, pihak rumah sakit mengatakan Senin.
Dr Martin Salia, warga AS permanen, terjangkit virus ganas itu saat bekerja di sebuah rumah sakit Freetown, menurut keluarganya.
Dia menderita gejala canggih, termasuk ginjal dan gagal napas, ketika ia tiba di Nebraska Medical Center, Sabtu, kata pihak rumah sakit dalam satu pernyataan.
Dana Anak PBB (UNICEF) berencana membuka 10 pusat baru masyarakat guna memerangi virus mematikan Ebola di Sierra Leone, tempat peningkatan tajam kasus Ebola terus terjadi, kata seorang juru bicara PBB kepada wartawan.
"Sepuluh Pusat Perawatan Ebola Masyarakat yang baru direncanakan dibuka pekan lalu di Kabupaten Bombali di Sierra Leone sebagai bagian dari upaya baru untuk membawa pusat perawatan Ebola lebih dekat ke masyarakat," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq dalam taklimat di Markas PBB, New York, Jumat.
Pusat perawatan yang terbuat dari tenda itu, yang dibangun oleh UNICEF, akan menambah jumlah ranjang di Bombali, salah satu kabupaten yang paling parah di landa wabah Ebola saat ini --yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang di Sierra Leone sejak Mei.
"UNICEF berencana membangun sebanyak 30 pusat lagi di kabupaten yang bertetangga dalam beberapa pekan ke depan," kata Haq.
Jumlah korban jiwa akibat wabah Ebola di Guinea, Liberia dan Sierra Leone --ketiga negara yang paling parah dilanda virus itu di Afrika Barat-- telah naik jadi 5.147 dari 14.068 kasus pada akhir 9 November, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).