REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Perdana Menteri Ukraina Arseny Yatseniuk menolak bernegosiasi langsung dengan kelompok separatis proRusia.
"Kami tidak akan melakukan negosiasi langsung dengan teroris Rusia," ujar Yatseniuk dalam rapat pemerintah, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (19/11).
Yatseniuk mengulangi pernyataannya tersebut beberapa kali dengan pelan dalam bahasa Rusia. Dia juga mendesak Rusia mematuhi gencatan senjata yang dibuat di ibukota Minsk, Belarusia pada 5 September. Dia meminta Rusia berhenti bermain-main dengan memberikan separatis status hukum.
Namun, gencatan senjata terancam dilanggar karena setiap harinya dilaporkan jatuh korban jiwa di pihak tentara pemerintah dan warga sipil. Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim tank dan pasukan kepada separatis. Tuduhan itu dibantah Rusia.
"Jika Rusia ingin perdamaian, patuhi kesepakatan Minsk," kata Yatseniuk.
Sebelumnya, Rusia memperingatkan pemimpin Ukraina untuk melakukan pembicaraan langsung dengan separatis untuk mengakhiri konflik di Ukraina timur.
"Kami meminta adanya kontak antara Ukraina dan perwakilan Donbass untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam pidato kebijakannya di majelis rendah parlemen di Moskow.
Ukraina dan Barat menuduh Rusia mendestabilisasi Ukraina dengan memasok separatis dengan uang, senjata dan pasukan. Barat telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas konflik yang telah menewaskan lebih dari 4.000 orang.