REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Pembunuhan wartawan foto Amerika Serikat Luke Somers dan guru Afrika Selatan Pierre Korkie Sabtu lalu selama operasi penyelamatan di Yaman adalah contoh kekerasan mengerikan yang dilakukan teroris.
Hal itu seperti yang dikatakan oleh salah seorang pejabat senior di UNI Eropa yang menegaskan bahwa seluruh negara Eropa mengutuk aksi nya tersebut.
"Kami menegaskan kembali komitmen tegas kami dan melanjutkan kontribusi terhadap upaya masyarakat internasional untuk mengatasi kekerasan teroris, di Yaman dan wilayah yang lebih luas lainnya," kata Catherine Ray, juru bicara Perwakilan Tinggi Uni Eropa Federica Mogherini, dalam satu pernyataan yang dilansir dari AP, Ahad (7/12).
Somers dan Korkie telah diumumkan tewas oleh otoritas lokal Yaman, setelah operasi gabungan untuk membebaskan mereka dilakukan oleh pasukan Yaman dan Amerika Serikat saat berada di Yaman timur.
Menurut laporan AFP dari Washington, Presiden Barack Obama, Sabtu lalu mengutuk pembunuhan wartawan Amerika Serikat di Yaman itu dalam operasi yang gagal membebaskannya dari para penculik kelompok Alqaidah.
"Amerika Serikat mengutuk keras pembunuhan yang kejam terhadap Luke Somers oleh teroris Alqaidah dalam satu operasi penyelamatan. Saya menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga Luke dan orang-orang yang dicintainya," kata Obama dalam satu pernyataan.
Obama juga memberikan dukungan kepada keluarga seorang sandera lainnya, warga Afrika Selatan yang bernama Pierre Korkie dan tewas bersama Somers sehari sebelum ia menurut rencana dibebaskan setelah lebih dari setahun ditahan, kata satu badan sosial yang merundingkan pembebasannya.
"Saya juga menyampaikan belangsungkawa dan doa saya kepada keluarga yang dibunuh para teroris ini dalam operasi penyelamatan itu. Keputusasaan dan duka cita mereka saat ini tidak dapat diucapkan dengan kata-kata," kata Obama.
Somers muncul di video pekan ini dengan mengatakan nyawanya berada dalam bahaya dan meminta bantuan, sementara para penculiknya juga menyiarkan satu video yang mengancam akan membunuh warga AS kelahiran Inggris berusia 33 tahun itu, yang ditahan lebih dari setahun.
Obama mengatakan pembunuhan itu tidak akan menghentikan usaha-usaha pemerintah untuk melindungi para sandera AS dan memerangi musuh-musuhnya.