REPUBLIKA.CO.ID, MINDANAO -- Terjangan badai tropis dengan angin kencang dan hujan deras di Filipina menewaskan tiga orang. Ribuan warga juga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.
Dilansir dari Australia Plus, Selasa (30/12) badai lokal bernama Seniang membawa angin dengan kecepatan 80 km per jam. Angin menghantam pulau Mindanao sebelum fajar, kemudian menyeberang ke pulau-pulau lain.
Kepala Kepolisian Provinsi, Samuel Gadingan, mengatakan, di Tagum, sebuah bus tergelincir akibat hujan badai yang mengguyur pada Minggu malam. Peristiwa itu menewaskan satu orang penumpang dan 17 lainnya luka-luka.
Di kota pegunungan Monkayo, seorang pria 65 tahun tenggelam saat mencoba menyeberangi sungai di tengah Badai. Sementara satu orang juga tewas akibat tertimpa pohon yang tumbang oleh angin kencang di Butuan City.
Pejabat Bantuan Bencana Daerah, Raul Villocino, mengungkapkan, tanah longsor akibat badai juga terjadi di daerah Monkayo. Hanya saja belum ditemukan informasi adanya korban jiwa. Saat ini, sebanyak 13.740 orang dari delapan kota di provinsi Surigao del Sur telah mengungsi.
"Hujan sangat deras dan tidak ada jeda dalam tiga hari terakhir," kata Gubernur Surigao del Sur, Johnny Pimentel.
Ia mendeklarasikan kondisi darurat di provinsinya agar pemerintah dapat memberikan dana tambahan sebagai bantuan. Menurut Pimentel, banjir sedalam 1,5 m terjadi di beberapa daerah, sejumlah perahu karet dikerahkan untuk mengangkut warga yang terjebak di dalam rumah.
"Ini pertama kalinya rumah saya terkena banjir," ujar Wakil Gubernur Surigao del Sur, Santiago Cane.
Badai memaksa 32 penerbangan domestik dibatalkan. Wilayah Caraga di timur laut Mindanao merupakan daerah yang paling rawan terkena terjangan banjir di Filipina.