REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA -- Liberia, salah satu dari tiga negara Afrika Barat yang paling parah terjangkit Ebola, dapat bebas dari virus itu pada akhir bulan depan setelah keberhasilannya menghentikan penyebaran.
''Ada 10 kasus terkonfirmasi Ebola hingga 12 Januari ini di seluruh penjuru negeri," kata Wakil Menteri Kesehatan, Tolbert Nyenswah, yang memimpin gugus kerja Ebola Liberia.
"Prediksi saya, jika kami melakukan semuanya, kami dapat mencapai angka nol pada akhir Februari,'' katanya.
Liberia mengatakan pekan ini bahwa hanya dua dari 15 negara bagiannya yang masih memiliki kasus Ebola. Epidemi terburuk?dari virus itu tercatat telah menewaskan lebih dari 8.400 orang dan menginfeksi 21.200 orang di Liberia, Sierra Leone, dan Guinea sejak virus itu terdeteksi pada Maret, menurut data WHO. Lebih dari 3.500 orang tewas di Liberia.
Ledakan infeksi di ibukota Monrovia pada Agustus memicu kekhawatiran internasional, yang meningkat setelah seorang warga negara Liberia, Thomas Duncan, membawa infeksi virus itu ke Amerika Serikat sebulan kemudian.
Namun, sebuah reaksi besar-besaran dunia internasional --termasuk pengiriman ratusan prajurit Amerika Serikat-- dan kampanye kewaspadaan publik membantu dan tingkat infeksi secara bertahap menurun.
Nyenswah mengatakan bahwa titik panas penyebaran Ebola sekarang ada di Grande Cape Mount, di dekat perbatasan Sierra Leone.
Kemajuan juga terjadi di Sierra Leone --yang mencatat jumlah kasus terbanyak-- dan Guinea. WHO mengatakan pada Rabu bahwa tiga negara itu telah mencatat jumlah terendah kasus baru mingguan selama berbulan-bukan terakhir.