REPUBLIKA.CO.ID, GUANGXI-- Polisi Cina menembak mati dua etnis Uighur yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan Vietnam, pada Senin (19/1). Kementerian keamanan publik selama ini menuduh kelompok separatis mendalangi ratusan kasus penyelundupan manusia.
Seperti diberitakan The New York Times, penembakan terjadi di dekat sebuah gerbang pos bea cukai di kota Pingxiang wilayah Guangxi pada Ahad (18/1) malam. Menurut Pusat Layanan Berita Cina dan China Daily, insiden terjadi saat polisi mencoba menghentikan van yang membawa lima orang Uighur.
Namun van menolak berhenti dan anggota kelompok yang ada di dalam mobil mencoba menyerang polisi dengan pisau. "Polisi akhirnya menembak mati dua dari mereka, sementara satu orang lainnya melarikan diri ke lingkungan perumahan," lapor Pusat Layanan Berita Cina.
Polisi juga menangkap dua anggota lain dari kelompok. Uighur merupakan etnis minoritas di Cina yang sebagian besar merupakan Muslim. Mereka tinggal di wilayah Xinjiang, barat laut Cina. Uighur selama ini kerap diperlakukan dengan tindakan keras dan bersitegang dengan pemerintah dan mayoritas etnis Han.
Kelompok Hak Asasi Manusia internasional mengatakan, pemerintah Cina telah membesar-besarkan peran terorisme internasional di Xinjiang. Mereka menggambarkan, Uighur berupaya melarikan diri karena masalah penindasan agama dan politik yang mereka alami.
"Ada hubungan langsung antara peningkatan dramatis orang yang melarikan diri dengan kebijakan Cina yang menekan," ujar juru bicara Kongres Uighur Dunia Dilxat Raxit di pengasingan dalam sebuah email seperti dilansir Reuters.
Sementara itu, pada Ahad, Departemen Keamanan Publik Cina mengatakan sejak Mei mereka telah membentuk satuan tugas khusus yang menyelidiki masalah penyelundupan manusia di perbatasan. Selama ini mereka telah menangkap 852 tersangka yang melintasi perbatasan dan 352 orang tersangka yang merencanakan atau mengirimkan orang melintas perbatasan.
Kementerian mengatakan, penyelundupan dilakukan oleh Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) telah menghasut orang untuk melarikan diri ke luar negeri untuk ikut dalam kegiatan jihad. Media pemerintah mengatakan, sebanyak 300 ETIM bepergian ke Suriah melalui Turki untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).