Rabu 28 Jan 2015 13:58 WIB

Fidel Castro Inginkan Kuba dan AS Berdamai

Pemimpin Kuba Fidel Castro dan Presiden Venezuela Hugo Chavez.
Foto: AP Photo/Jose Goitia
Pemimpin Kuba Fidel Castro dan Presiden Venezuela Hugo Chavez.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyambut baik tanggapan yang meski sedikit terlambat dari mantan pemimpin Kuba Fidel Castro, Selasa (27/1) untuk pencairan hubungan antara negara rival Perang Dingin sebagai tanda positif perubahan yang sedang berlangsung di Havana.

"Kami menyetujui referensi Castro mengenai 'norma-norma dan prinsip-prinsip internasional' sebagai tanda positif," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki kepada wartawan, mengenai surat tanggapan Castro.

Psaki mengatakan Washington sekarang sedang menunggu pemerintah Kuba untuk menerapkan norma-norma dan prinsip-prinsip internasional tersebut untuk Kuba yang lebih demokrasi, makmur dan stabil."

Pekan lalu, AS mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi dengan para pejabat Kuba di Havana mengenai pemulihan hubungan diplomatik dengan membuka kembali kedutaan besar di ibu kota masing-masing dan mencabut larangan perjalanan.

Psaki menekankan bahwa meskipun ada "lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan" dan mengungkapkan AS telah "mengundang para pejabat Kuba ke Washington dalam beberapa pekan mendatang" untuk melanjutkan pembicaraan, namun tanggalnya masih belum ditentukan.

Senin (26/1) mantan pemimpin berpengaruh di negara Karibia Fidel Castro melayangkan surat tanggapannya kepada media pemerintah seminggu setelah digelarnya putaran pertama pembicaraan yang bersejarah.

Ikon revolusioner itu mencatat bahwa ia tidak percaya Amerika Serikat, tetapi tidak menolak proses rekonsiliasi dan mendukung resolusi konflik damai dengan "lawan politik." Bahasa surat tanggapan Castro berisi menyetujui adanya normalisasi hubungan.

"Setiap solusi damai dan negosiasi masalah antara Amerika Serikat dan masyarakat atau orang Amerika Latin, yang tidak menggunakan kekerasan, harus diperlakukan sesuai dengan norma-norma dan prinsip-prinsip internasional," kata Castro.

Menanggapi hal itu, Psaki menyatakan bahwa itu bukan tentang kepercayaan. Itu "tentang apa yang menjadi kepentingan rakyat Kuba, apa yang menjadi kepentingan sendiri kepentingan keamanan nasional kita, kepentingan ekonomi kita," kata juru bicarawati itu.

Pada Desember 2014, Presiden AS Barack Obama dan Raul Castro, yang menggantikan Fidel sebagai presiden Kuba pada 2006, setuju untuk memulai normalisasi hubungan negara mereka yang terganggu selama lebih dari 50 tahun.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement