Kamis 19 Feb 2015 19:37 WIB

Kelompok Kemanusiaan Desak Gencatan Senjata di Perbatasan Myanmar

Moe Kyaw Than, 45, a volunteer with the Myanmar Red Cross Society reacts after he was wounded when the convoy he was in, was fired upon by the Myanmar National Democratic Alliance Army (MNDAA), according to the Myanmar army, between the capital of Kokang,
Foto: reuters
Moe Kyaw Than, 45, a volunteer with the Myanmar Red Cross Society reacts after he was wounded when the convoy he was in, was fired upon by the Myanmar National Democratic Alliance Army (MNDAA), according to the Myanmar army, between the capital of Kokang,

REPUBLIKA.CO.ID, LASHIO -- Pekerja kemanusiaan pada Kamis (19/2) menyerukan gencatan senjata agar warga yang terjebak pertempuran sengit tentara Myanmar dengan suku Kokang bisa dievakuasi.

Puluhan ribu warga menyelamatkan diri dari daerah terpencil Kokang di negara bagian Shan di timur laur Myanmar. Dua warga sipil tewas dalam bentrokan itu.

Pemerintah telah memberlakukan keadaan darurat di kawasan tersebut. Sekitar 30 ribu warga menyeberangi perbatasan ke Cina.

Kelompok bantuan kemanusiaan setempat secara resmi menangguhkan bantuan di sekitar kota Laukkai, tempat serangkaian serangan suku Kokang. Keputusan itu menyusul serangan terhadap iring-iringan Palang Merah Myanmar.

Serangan itu melukai dua relawan pada Selasa. Pejabat menyatakan jalan ke daerah itu mungkin ditanami ranjau oleh suku Kokang.

"Kami belum tahu jumlah orang terjebak di wilayah Laukkai, tapi kami mengungsikan sekitar 30 orang dari sana pada Rabu," kata anggota Palang Merah Myanmar di kota Lashio, Shan, sekitar 140 kilometer selatan Laukkai.

Dia meminta kedua pihak melakukan gencatan senjata selama beberapa hari untuk  mengungsikan warga.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement