Selasa 24 Feb 2015 17:07 WIB

Waspada! ISIS Gencar Rekrut Anggota Melalui Medsos

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Gerakan ISIS
Foto: VOA
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Salah satu alasan mengapa kelompok radikal menyebar secara masif adalah mereka menggunakan media sosial.

Kampanye online melalui media sosial ini ampuh menjaring anak-anak muda yang sedang mencari jati diri. Terlebih, sebagian besar pengguna media sosial ini adalah generasi muda. Direktur kelompok anti ekstrimis, Inspire, Sara Khan mengatakan ia melihat banyak buktinya secara langsung di situs-situs media sosial.

Khan mengemukakan contoh tiga orang remaja perempuan London yang telah dihubungi oleh ekstrimis secara online. Mereka kemudian memutuskan pergi ke Suriah.

Aqsa Mahmood, gadis 20 tahun di London pergi ke Suriah untuk menjadi pengantin militan pada 2013. Ia kemudian menjadi 'tim promosi' kelompok untuk menarik lebih banyak teman-temannya.

Beberapa bukti menunjukan Mahmood menghubungi Shamima Begum. Gadis 15 tahun ini juga kemudian meninggalkan London pada Selasa pekan lalu.

Shamima pergi bersama Kadiza Sultana (16 tahun) dan Amira Abase (15 tahun). "Kenyataan yang menyedihkan adalah internet dibanjiri dengan ribuan website ekstremis dan semua mengklaim berbicara atas nama agama," kata Khan, dikutip BBC, Selasa (24/2).

Menurutnya, ekstrimis menargetkan gadis muda dan mencoba meyakinkan mereka untuk datang dan bergabung dengan 'keluarga' mereka.

"Kami memiliki banyak perempuan dari seluruh belahan dunia. Kamu akan menyukainya," kata Khan menirukan bujukan ekstrimis.

Padahal, itu adalah kebohongan besar. ISIS juga menargetkan remaja-remaja yang rentan dan rapuh. Seperti mereka yang orang tuanya bercerai atau memiliki masalah dengan lingkungan sekitarnya.

"Mereka akan membujuk untuk datang dan menjanjikan kebahagiaan serta kenyamanan," kata Khan.

Menurut Khan, kelompok ini menggunakan informasi tentang agama untuk menarik pengguna yang sedang mencari 'jati diri'. Seperti menggunakan kata-kata 'Inilah Islam', 'Ini Kata Islam' dan kata lain yang berhubungan dengan agama.

"Mereka mengeksplorasi agama untuk mengendalikan orang untuk mengubah pandangan tentang ekstrimis," kata Khan. Jika pembaca tidak tahu banyak tentang agamanya, maka mereka akan mudah terjerumus.

Khan memberi saran bagi netizen yang aktif mencari informasi dari internet untuk berhati-hati dan kritis. Tahun lalu, Twitter mulai memberangus akun-akun yang diduga dijalankan oleh anggota ISIS.

Namun, Khan berpendapat perusahaan sosial media harus melakukan lebih. Satu masalah pelik adalah ekstrimis pengguna medsos sangat banyak dan tak bisa dihentikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement