REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, Jumat (6/3) menyatakan kecewa atas gagalnya kesepakatan damai di Sudan Selatan.
Dia mengatakan perundingan harus terus berlangsung. Ban menambahkan para pemimpin gagal menunjukkan sikap kenegarawanan.
Presiden Salva Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar melewatkan batas waktu yang ditetapkan untuk mencapai kesepakatan pembagian kekuasaan.
Dewan Keamanan PBB, Selasa pekan ini, menyetujui resolusi untuk menjatuhkan sanksi bagi rezim yang menghalangi upaya perdamaian. Sanksi tersebut berupa pembekuan aset dan larangan perjalanan global.
Pertempuran pecah di Sudan Selatan, negara termuda di dunia, pada Desember 2013 saat Kiir menuduh wakilnya yang telah dipecat, Machar, mencoba melakukan kudeta.
Lebih dari 1,5 juta orang mengungsi akibat konflik itu. Sebanyak 2,5 juta warga sangat membutuhkan bantuan pangan di negeri yang menyatakan kemerdekaan dari Sudan pada 2011 itu.
Sedikitnya 113 ribu warga sipil telah melarikan diri ke markas PBB untuk memperoleh perlindungan saat pasukan pemerintah dan pejuang dituduh melancarkan kampanye teror perkosaan dan pembunuhan.