Jumat 13 Mar 2015 09:46 WIB

Kisah Para Petani Palestina di Perbatasan Gaza

Rep: c23/ Red: Bilal Ramadhan
Israel melakukan segala cara untuk mencaplok tanah Palestina, setelah pernah membuldoser sistem irigasi untuk perkebunan Zaitun, kini Israel mempersulit izin petani Palestina untuk menggarap lahan pertanian yang terpisah tembok pembatas di Tepi Barat
Foto: thewe.cc
Israel melakukan segala cara untuk mencaplok tanah Palestina, setelah pernah membuldoser sistem irigasi untuk perkebunan Zaitun, kini Israel mempersulit izin petani Palestina untuk menggarap lahan pertanian yang terpisah tembok pembatas di Tepi Barat

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA-- Seorang petani Palestina di jalur Gaza, berjuang memulihkan dirinya sendiri akibat dampak perang Israel dengan kelompok bersenjata Palestina. Perang yang berkecamuk selama 51 hari tersebut, berakhir dengan gencatan senjata pada Agustus 2014.

Dua puluh tahun lalu, Jaber Abu Daqqa (61 tahun), pindah dari kampung halamannya di Khuzaa ke dekat Al-Faraheen, sebuah desa dekat perbatasan Gaza yang dijaga militer Israel. "Saya kehilangan domba dan kambing selama perang," ucapnya, seperti dilansir Aljazeera.

Ketika kembali ke rumah, dia hanya menekuni kepingan tempat tinggalnya yang telah porak-poranda. Untuk memperbaiki itu semua, dia membutuhkan uang sekitar 10 ribu dolar AS. "Sepertinya saya harus memperbaiki ini sendiri," tuturnya.

Namun Abu Daqqa memilih untuk tidak menunggu bantuan internasional. Dia harus mengerjakan perbaikan itu sendiri. Sejak perang berakhir setengah tahun lalu, masyarakat internasional gagal mengabulkan janjinya untuk membangun Gaza seperti sedia kala. 

Banyak desa dan kota di sana, termasuk di pesisir pantai, belum tersentuh rekonstruksi. Petani-petani di daerah perbatasan, termasuk Abu Daqqa, mengatakan situasi mereka semakin memburuk ketika perang berakhir.

Israel tidak hanya melepaskan serangan militer ke tanah itu, tetapi juga memberondong petani-petani dengan tembakan ketika mereka memasuki zona perbatasan antara Gaza dan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement