Selasa 17 Mar 2015 10:17 WIB

Partai Netanyahu Kalah dalam Jajak Pendapat Pemilu Israel

Rep: Gita Amanda/ Red: Ilham
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, diperkirakan menang lagi dalam pemilu Israel yang dipercepat kali ini.
Foto: AP
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, diperkirakan menang lagi dalam pemilu Israel yang dipercepat kali ini.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel sedang bersiap menghadapi pemilihan umum pada Selasa (17/3). Dalam jajak pendapat terbaru, Partai Likud yang dipimpin Perdana Menteri Benyamin Netanyahu kalah empat kursi dari Partai Uni Zionis yang digawangi Isaac Herzog.

Seperti dilansir Aljazirah, pemilu yang digelar empat tahun sekali ini akan menentukan partai kunci yang akan membentuk pemerintahan berikutnya. Menurut jajak pendapat terbaru, Partai Uni Zionis yang beraliran kiri-tengah berada di depan Partai Likud. Mereka unggul empat kursi dalam jajak pendapat dibanding Partai Likud.

Salah seorang warga Tel Aviv, Ella Doron mengatakan, ia mendukung Partai Uni Zionis. Menurut Doron sudah selayaknya partai tersebut diberi kesempatan untuk memimpin Israel.

"Saya percaya mereka bekerja sangat keras dan orang-orangnya sangat baik, jadi mereka layak diberi kesempatan," kata Doron.

Disinggung mengenai jajak pendapat terakhir, Doron mengatakan ia lebih memilih pemerintah baru berasal dari Partai Uni Zionis. Ia bahkan tak berharap Netanyahu masuk dalam koalisi.

"Netanyahu itu buruk bagi semua orang, bagi orang-orangnya, tetangga kami dan hubungan internasional kami. Ia tak bekerja untuk kami," ungkap Doron.

Warga Israel rencananya akan memberikan suara mereka pada Selasa, di lebih dari 10 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh wilayah Timur Tengah. Departemen Luar Negeri Israel mengatakan, lebih dari 5,8 juta warga Israel akan memberikan suara dalam pemilu. Termasuk tentara, narapidana, dan orang-orang berkebutuhan khusus akan mendapat akses ke TPS.

Partai-partai di Israel menemui masa-masa akhir kampanye mereka. Perdana Menteri Netanyahu tampaknya mengalami tantangan besar dalam pemilu kali ini. Popularitasnya terus menurun meski, dalam kampanyenya telah menjanjikan tak akan mengakui negara Palestina.n Gita Amanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement