REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Lee Kuan Yew ternyata pernah memperingatkan Australia berkemungkinan menjadi white trash atau warga kulit putih miskin di kalangan negara-negara Asia. Hal itu ia kemukakan di tahun 1980 saat Australia mengalami tekanan inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi.
"Pernyataannya itu disampaikan awal 80an saat Australia tampaknya tidak sanggup menangani reformasi sektor finansial," jelas Prof James Cotton dari University of New South Wales baru-baru ini.
Saat itu, kata Prof Cotton, Australia menerapkan nilai tukar mata uangnya pada angka yang tetap (fixed exchange rate).
Menanggapi komentar Lee Kuan Yew itu, PM Australia Bob Hawke di tahun 1987 mengatakan "komentar itu tidaklah berlebihan".
Bahkan Bob Hawke menandatangani kesepakatan antara Partai Buruh dengan Australian Council of Trade Unions (ACTU) untuk memastikan kenaikan tingkat upah sejalan dengan kenaikan harga barang dan jasa.
Lee Kuan Yew kemudian menjalin hubungan lebih dekat dengan pemimpin politik Australia di tahun 90an, termasuk dengan PM Paul Keating, yang ia hormati karena kebijakannya yang lebih beralih ke Asia.
Saat Lee Kuan Yew datang ke Canberra untuk menerima gelar doktor kehormatan dari ANU, dia disambut demonstrasi yang memprotes kehadirannya.
Australia dan Singapura telah menjalin hubungan perdagangan bebas sejak lebih dari 10 tahun lalu.
Perusahaan telekomunikasi Optus dan perusahaan energi Ausnet, misalnya, antara lain dimiliki oleh perusahaan milik negara Singapura.