REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Dalam 20 tahun robot dan mesin-mesin otomatis bisa 'merebut' sejumlah lahan pekerjaan di Australia. Kini warga perlu melihat tren yang akan terjadi dalam hal lapangan kerja.
Professor Michael Osbourne asal Oxford University sempat berkunjung dan memberikan kuliah kepada para mahasiswa di Queensland University of Technology (QUT) di Brisbane, Australia.
Profesor Osbourne yang memiliki spesialisasi dalam ilmu mesin sudah menerbitkan buku yang merupakan hasil penelitiannya. Dari penelitiannya ditemukan 47 persen pekerjaan di Amerika Serikat beresiko tinggi untuk hilang, dan digantikan dengan mesin dan robot.
Hal yang sama juga diperkirakan akan terjadi di Australia dalam waktu 20 tahun kedepan.
"Alogaritma dapat melakukan tidak hanya kerja buruh manual secara rutin, tapi juga kerja kognitif yang sulit dibedakan apakan bisa dilakukan secara otomatis atau tidak," ujar Profesor Osbourne kepada ABC di Brisbane baru-baru ini.
Menurutnya, pekerjaan terkait dengan entri data, akuntansi dan pengoperasian mesin dan kendaraan berat secara dramatis akan menurun.
Tak hanya itu, kendaraan tanpa pengemudi akan semakin besar diproduksi karena kapasitas penyimpanan data yang besar dan murah, Kendaraan ini pun memungkinkan penciptaan peta 3D yang sangat rinci. Peta 3D mencakup sejumlah kawasan yang sudah dieksplorasi oleh perusahaan tambang besar.
Awal bulan ini, QUT meluncurkan Pusat Robot Australia, atau Australian Centre for Robotic Vision, yang meneliti kordinasi tangan dan mata pada robot dan memungkinkan mereka berinteraksi dengan manusia dengan aman.
"Kami menemukan dengan sangat jelas, ada tren yang kuat antara konten kreatif dari sebuah pekerjaan dengan probabilitas komputerisasi dan menggantikan pekerjaan oleh robot," kata Profesor Osbourne.
Dampak dari penggunaan robot-robot dan mesin otomatis sudah dirasakan di sejumlah perusahaan konstruksi.
Direktur Eksekutif dari Master Builders Queensland, Grant Galvin mengatakan mereka telah melatih tenaga kerja industri untuk bisa menangani dampak robot dan mesin otomatis.
"Sudah mulai terjadi di sini, dalam hal offsite, tapi seluruh proses perakitan komponen untuk kamar mandi dan dapur dilakukan di Cina," katanya.
"Banyak industri yang melewatkan ini dan pembuatan mobil mungkin menjadi contoh sempurna. Mereka tidak benar-benar memilih keahlian yang dibutuhkan oleh karyawan dan tidak benar-benar beradaptasi dengan cepat."
Menurut Galvin, pihaknya ingin bekerja sama dengan semua orang di industri untuk memastikan bahwa setiap industri beradaptasi dengan perubahan teknologi, sehingga mereka bisa menambah keahlian dan kemampuan setiap pekerjanya. Harapannya tentu saja agar bisa memproduksi produk-produk berkualitas tinggi yang bisa diekspor ke luar Australia.