REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Polisi Singapura, Senin (30/3), mengatakan menahan seorang remaja lelaki, yang mengunggah video penuh sumpah serapah di YouTube menyerang agama Kristen dan mendiang pemimpin negara Lee Kuan Yew, namun dakwaan untuknya belum jelas.
Video tersebut berdurasi selama delapan menit. Ada 17 posting video yang berjudul "Lee Kuan Yew Akhirnya Mati!". Video tersebut diposting pada Jumat (27/3) beberapa hari setelah Lee meninggal dunia. Lee meninggal pada usia 91 tahun karena penyakit pneumoia berat.
"Sebagai tanggapan atas pertanyaan media, polisi memastikan bahwa seorang lelaki warga Singapura berumur 17 tahun ditahan berkaitan dengan perkara itu. Penyelidikan masih berjalan," kata pernyataan Kepolisian Singapura tanpa merinci.
Menurut laporan harian Singapura, Straits Times dan media setempat lain, lelaki muda disebut pelajar bernama Amos Yee, ditahan pada Ahad (29/3). Dalam video berdurasi delapan menit berjudul "Lee Kuan Yew akhirnya meninggal" itu, Yee melancarkan serangan terhadap mendiang pemimpin politik 91 tahun tersebut, yang diperabukan setelah upacara pemakaman.
Dalam video tersebut, Yee juga menyamakan perdana menteri pertama negara kota tersebut dengan Yesus dan melancarkan serangan terhadap agama Kristen. Berdasarkan atas undang-undang Singapura, seseorang menyebarkan kebencian agama dan ras bisa dikenai dakwaan menghasut dengan ancaman hukuman tiga tahun penjara dan denda.
"Lee Kuan Yew adalah orang yang mengerikan... semua orang takut, semua orang takut jika mereka mengatakan sesuatu akan terkena masalah," kata Yee dalam video tersebut.
Dia menantang anak lelaki mantan pemimpin tersebut, Perdana Menteri Lee Hsien Loong untuk menuntutnya. The Straits Times mengatakan setidak-tidaknya 20 laporan polisi--keluhan watga meminta penyelidikan terhadap Yee--disampaikan sejak Jumat, ketika ia diduga mengunggah video tersebut.
Video tersebut sudah dihapus dari YouTube namun pihak lain sudah memproduksi ulang video sebagian maupun utuh. Lee yang dipuji karena meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Singapura saat menjabat perdana menteri pada 1959-1990, diberi upacara pelepasan kehormatan pada Ahad, dengan lebih 100 ribu orang berbaris di jalanan untuk menyaksikan prosesi terakhirnya meski hujan mengguyur.
Warga merujuk Lee sebagai kemakmuran dan kestabilan sosial Singapura, namun ia juga dikritik oleh kelompok hak asasi manusia karena membuat sistem dengan hanya satu partai politik dominan, pemberangusan pers, dan pengekangan kebebasan politik.
Warga Singapura yang secara terbuka mempertanyakan pencapaian Lee dan mengolok-olok reaksi emosional atas kematiannya, diserang dalam media sosial oleh para pendukungnya.
Alfian Sa'at, pemain drama dan sastrawan yang dikenal memiliki perbedaan pandangan politik, meminta adanya toleransi yang lebih besar bagi perbedaan pandangan setelah meninggalnya Lee. "Saya tidak meragukan keikhlasan, ketulusan, atau dalamnya perasaan mereka yang tengah berduka," kata Alfian dalam Facebook-nya.