REPUBLIKA.CO.ID, GARISSA, KENYA -- Korban tewas dalam serangan pegaris keras Somalia atas Universitas Kenya cenderung melebihi 147 jiwa. Hal tersebut diungkapkan sumber pemerintah dan media pada Jumat (3/4) di tengah kemarahan warga setempat atas kegagalan pemerintah mencegah pertumpahan darah itu.
Dengan peledak melekat di tubuh, kelompok bertopeng bersenjata Al Shabaab menyerbu kampus Garissa University, sekitar 200 kilometer dari perbatasan Somalia, dalam serangan menjelang fajar Kamis.
Dengan melemparkan granat dan memuntahkan peluru ke arah mahasiswa, penyerang semula membunuh tanpa pandang bulu. Tapi, mereka kemudian membebaskan beberapa Muslim dan menyasar mahasiswa lain selama pengepungan sekitar 15 jam.
Kemarahan atas pembantaian itu diperparah kenyataan bahwa ada peringatan pada pekan lalu bahwa serangan terhadap universitas terjadi dalam waktu dekat. Penduduk setempat menuduh pemerintah melakukan sedikit untuk meningkatkan keamanan di wilayah sedikit maju itu.
"Kelemahan pemerintahlah yang membuat hal tersebut terjadi. Untuk sesuatu seperti ini terjadi, desas-desus tidak dapat diterima," kata Mohamed Salat, 47, pengusaha Kenya Somalia.
Pejabat menyatakan hampir 150 orang tewas, dengan sedikit 79 orang luka, banyak yang gawat. Tapi, dengan sejumlah mahasiswa dan karyawan masih hilang, korban mungkin bertambah. "Ya, ada kemungkinan angka naik," kata sumber pemerintah, yang berurusan dengan serangan tersebut.