Rabu 08 Apr 2015 01:00 WIB

Amnesty: Afghanistan Gagal Lindungi Wanita

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang wanita pengungsi Afghanistan memasak makanan untuk berbuka puasa di Kabul, Afghanistan, Senin (22/7). (AP/Rahmat Gul)
Seorang wanita pengungsi Afghanistan memasak makanan untuk berbuka puasa di Kabul, Afghanistan, Senin (22/7). (AP/Rahmat Gul)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Lembaga hak asasi manusia, Amnesty International mengkritik pemerintah Afghanistan dalam sebuah laporan terbaru yang dirilis di Kabul, Selasa (7/4). Amnesty International mengatakan para wanita di Afghanistan menghadapi peningkatan kekerasan terhadap mereka termasuk ancaman, kekerasan seksual dan pembunuhan.

Amnesty mengatakan ancaman ini lebih besar menargetkan para aktivis perempuan. Pemerintah Afghanistan dan masyarakat internasional dinilai telah meninggalkan para aktivis perempuan. Laporan ini dibuat berdasarkan wawancara dengan lebih dari 50 aktivis pembela hak perempuan dan keluarganya di seluruh negeri.

Amnesty menemukan bahwa pemerintah Afghanistan secara konsisten menolak dan mengabaikan ancaman terhadap wanita. ''Kurangnya perlindungan untuk mereka cukup mengejutkan,'' kata Sekretaris Jenderal Amnesty International Salil Shetty seperti dikutip AP, Selasa (7/4).

Ia mengatakan bahwa 50 kasus telah dikumpulkan namun hanya satu yang ditindaklanjuti dengan penangkapan tersangka. Kasus-kasus keluhan lainnya disinyalir diabaikan oleh pihak berwenang.

Rilis laporan tersebut menyusul pihak berwenang Afghanistan yang memeriksa sikap tradisional terhadap wanita menyusul tingginya kasus pelecehan dan kekerasan. Pada akhir Maret, seorang wanita 27 tahun dipukuli hingga mati oleh kerumunan massa di pusat kota Kabul.

Banyak orang hanya menyaksikan bahkan memfilmkannya. Para saksi mata mengatakan polisi gagal mencegah aksi kekereasan tersebut. Bahkan dalam beberapa kasus, mereka malah ikut berpartisipasi.

Wanita yang dikenal sebagai Farkhunda itu dituduh membakar Alquran. Namun ternyata tuduhan keliru. Pembunuhannya dikecam banyak pihak. Para aktivis percaya bahwa tindakan ini adalah akar dari budaya bahwa boleh saja melakukan kekerasan terhadap wanita.

Shetty mengatakan serangan terhadap aktivis perempuan juga dilakukan oleh ektrimis seperti Taliban, pejabat pemerintah, komandan lokal hingga rekan laki-laki mereka. Amnesty mengatakan wanita Afghanistan yang melaporkan kekerasan akhirnya hanya membahayakan diri mereka sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement