REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Ratusan orang memegang lilin di ibukota Kenya, Nairobi, Selasa (7/4) malam. Mereka mengenang korban serangan yang terjadi pekan lalu di Garissa University College oleh pasukan bersenjata Al-Shabab.
Mereka berkumpul di sebuah area publik sambil memajang foto-foto dari 148 korban. Banyak orang datang berjaga di Nairobi Freedom Park yang terkenal. Mereka memakai baju hitam dan membawa bunga.
Sebelumnya, sekitar 2.500 orang berbaris di Garissa untuk menunjukkan pembangkangan terhadap militan Somalia Alqaedah.
Seperti dilansir BBC, Rabu (8/4), satu dari ratusan orang itu mengatakan sekarang adalah waktu untuk Kenya bersatu dan mengajukan pertanyaan serius bagaimana serangan itu bisa terjadi. Mereka tetap berjaga sampai tiga hari berkabung resmi, meskipun banyak korban tewas yang belum teridentifikasi karena luka mengerikan yang diderita dalam serangan pekan lalu.
Menjelang acara tersebut, beberapa ratus mahasiswa berbaris melalui Nairobi. Mereka menuntut keamanan lebih ketat di universitas dan kampus.
Di Garissa, baik Muslim dan Kristen mengambil bagian dalam pawai dan berjanji bekerja sama dengan aparat keamanan mengusir gerilyawan yang mungkin bersembunyi di komunitas mereka. Namun, pengunjuk rasa juga kritis terhadap pasukan keamanan yang dinilai lambat dalam merespons serangan.
Mereka menunjukkan bahwa baik tentara dan polisi memiliki pangkalan di Garissa, namun empat orang bersenjata berhasil menyerbu kampus, mengambil sandera mahasiswa di asrama dan membunuh mereka dalam serangan.
Pemerintah mengatakan pasukan keamanan menanggapi dengan cepat dan menyelamatkan nyawa sekitar 500 mahasiswa lainnya.
Serangan di kampus adalah yang paling mematikan di Kenya oleh Al Shabab. Kelompok ini memiliki kantor pusat di Somalia, namun telah meninggalkan serangan di Kenya dalam beberapa tahun terakhir.
Lima warga Kenya muncul di pengadilan di Nairobi pada Selasa (7/4) sebagai tersangka yang berhubungan dengan para penyerang.
Capital FM Kenya melaporkan, pengadilan menyetujui permintaan jaksa untuk menahan mereka selama 30 hari, sementara polisi menyelidiki apakah mereka memasok senjata kepada penyerang.
Seorang tersangka keenam, warga Tanzania, tertangkap di kota utara-timur Garissa, yaitu sekitar 150 km dari perbatasan dengan Somalia.