REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Rusia dan Thailand sepakat menggandakan nilai perdagangan bilateral tahunan hingga mencapai 10 miliar dolar AS.
Hal ini dikemukakan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha setelah menandangani beberapa kesepakatan dengan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev, Rabu (8/4) di Bangkok.
''Kami bertukar pendapat tentang cara meningkatkan perdagangan hingga 10 miliar dolar AS pada tahun depan,'' kata Prayuth setelah bertemu Medvedev dilansir Reuters. Ia tidak memberi rincian tentang sektor mana yang akan ditingkatkan potensinya.
Kedua PM menandatangani lima nota kesepahaman pada Rabu untuk meningkatkan kerjasama di bidang energi, investasi, menekan kejahatan narkoba, pariwisata dan budaya. Thailand tertarik untuk memikat lebih banyak pengunjung dari Rusia ke kuil Buddha, pantai dan bar.
Thailand menjamu 1,6 juta wisatawan Rusia pada 2014. Angka ini turun 8,6 persen pada tahun ini. Melemahnya mata uang rubel selama satu tahun terakhir membuat angka pariwisata Rusia ke Asia Tenggara menurun. Mereka harus berpikir dua kali untuk liburan ke luar negeri.
Di bidang perdagangan, Rusia telah menunjukan minat untuk membeli karet dari Thailand. Negeri gajah putih ini adalah penanam dan eksportir komoditas terbesar di dunia. Medvedev diperkirakan akan menindaklanjuti pembicaraan awal tentang kerjasama dengan Prayuth.
Ini adalah kunjungan pertama PM Rusia ke Thailand sejak 25 tahun lalu. Medvedev memberikan dukungan internasional pada pemerintah militer Thailand yang sedang menghadapi hinaan dari sekutu lama, AS yang menggulingkan pemerintah demokrasi pada Mei.
Kunjungannya tersebut hanya berlangsung seminggu karena pemerintah mendapat serangan dari Barat dan PBB untuk mengangkat darurat militer. Namun kunjungannya sudah termasuk singgah di Grand Palace dan Temple of the Emerald Buddha Bangkok.