Senin 13 Apr 2015 16:23 WIB

ISIS Juga Klaim Penyerangan Kedutaan Maroko di Libya

Rep: C07/ Red: Julkifli Marbun
Libya
Foto: [ist]
Libya

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Sebuah bom meledak di gerbang kedutaan Maroko di ibukota Libya pada Senin (13/4) pagi. Akibatnya,  pintu gerbang dan bangunan perumahan sebelah kedutaan Maroko mengalami kerusakan.

"Tidak ada yang terluka dalam ledakan tersebut," kata salah seorang pejabat keamanan kepada Reuters, Senin (13/4).

Tak lama setelah kejadian, militan yang mengaku loyal terhadap kelompok ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut melalui twitter.  

Sebelumnya, pada Ahad (12/4) telah terjadi juga penyerangan di kedutaan Korea Selatan oleh sekawanan orang bersenjata. Dua orang tewas dalam penyerangan tersebut.

Menurut para pejabat, orang-orang bersenjata itu melepaskan tembakan dari sebuah mobil yang melewati kompleks kedutaan, menewaskan dua satpam dan melukai seorang lainnya.

Sementara itu,  Pemerintah Korea Selatan mengatakan tidak ada warga Korea Selatan menjadi korban dalam penyerangan tersebut. Setelah penyerangan tersebut, pemerintah Korea Selatan pun mempertimbangkan untuk mengevakuasi para diplomatnya dari Libya.

Dalam penyerangan di kedutaan Korea Selatan militan yang mengaku loyal terhadap kelompok ISIS juga mengklaim bertanggungjawab atas penyerangan itu. Mereka menuliskannya di akun Twitter.

Dalam akun tersebut dituliskan mereka telah menembak mati dua satpam Kedutaan Besar Korea Selatan di Lybia. Akun ini juga menyatakan, ISIS bertanggung jawab atas seluruh serangan dan informasi dari Tripoli ke Amerika Serikat.

"Prajurit Khalifah telah menetralisir penjagaan keduataan Korea Selatan," tulis peringatan dari Sayap Media ISIS tersebut.

Militan Libya itu juga mengklaim melakukan beberapa serangan pada tahun ini di sejumlah tempat yang banyak dikunjungi orang asing. Termasuk serangan di Hotel Corinthia di Tripoli dan pemenggalan 21 orang Kristen Mesir.

Mereka juga mengklaim beberapa serangan terhadap kedutaan seperti Mesir dan Aljazair di Tripoli, menyerang bangunan  kosong karena sebagian besar negara telah menarik staf diplomatik karena situasi keamanan.

Amerika Serikat sendiri sudah mengevakuasi perwakilannya di Tripoli pada Juli tahun lalu. Evakuasi juga dilakukan bagi seluruh warga Amerika yang berada di Ibu Kota Libya tersebut. Ini kedua kalinya evakuasi dilakukan dalam kurun tiga tahun. Hal yang sama dilakukan Pemerintah Inggris terhadap perwakilannya pada Agustus 2014.

Adapun pemerintah yang diakui secara internasional Libya  berbasis di timur Libya, sejak faksi saingan yang disebut Libya Dawn merebut Tripoli pada bulan Agustus dan mendirikan pemerintahan tandingan.

Selama empat tahun kelompok militan ISIS telah membuat  kekacauan di negara Afrika Utara di mana mereka bersekutu dengan sejumlah kelompok bersenjata setelah tersingkirnya Muammar Qaddafi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement