REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Laman internet sebuah bandara di Australia berhenti beroperasi pada Senin setelah diambil alih oleh peretas pendukung kelompok Negara Islam (ISIS) yang mempublikasikan pesan yang mendukung kelompok ekstrimis itu.
Polisi mengatakan bahwa para peretas menyerang laman daring yang digunakan oleh Bandara Internasional Hobart di Tasmania dan bukan fasilitasnya, dan sampai sejauh ini tidak ada ancaman langsung yang dilakukan.
"Sebuah pesan yang berada di situs itu mengandung pernyataan yang mendukung ISIS," kata polisi Tasmania.
Pihak berwenang mengatakan bahwa pesan serupa juga muncul di beberapa situs internet di seluruh dunia sepanjang 2014.
"Kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas peretasan itu tampaknya tidak pandang bulu dalam menyasar pihak pengguna situs seperti yang digunakan Bandara Internasional Hobart," kata polisi.
Sejumlah pejabat telah mendapatkan kabar bahwa situs tersebut dirusak pada Minggu pagi dan masih tetap tidak bisa digunakan hingga Senin.
"Polisi Tasmania telah memantau aktivitas di lokasi bandara, dan tidak ada dugaan kegiatan yang ditargetkan di lokasi," kata mereka.
Operator bandara mengatakan bahwa keamanan situs sedang ditinjau oleh penyedia layanan teknologi.
Australia terlibat dalam koalisi pimpinan AS untuk menghadapi kelompok militan ISIS di Irak dan semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap radikalisasi, di mana sudah terdapat sekitar 90 warga negara Australia yang diduga sedang berperang bersama kelompok ISIS di Irak dan Suriah.
Semua operator penerbangan utama Australia memiliki jalur penerbangan ke Hobart, ibukota negara bagian Tasmania, termasuk Qantas, Virgin Australia dan Jetstar.
Bandara di Hobart tersebut mempertahankan nama "bandara internasional" walau tidak lagi melayani penerbangan ke luar negeri.