Kamis 16 Apr 2015 11:03 WIB

Potensi Nilai Perdagangan Australia-ASEAN Lebih Besar dari Cina

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Pertanian Barnaby Joyce mendesak para pengusaha Australia untuk melirik pasar Asia selain China. Menurut dia negara Asia Tenggaran (ASEAN) bahkan memiliki kesempatan yang lebih besar.

Produser makanan Australia menganggap diri mereka sebagai pemasok makanan bersih ke pasar kelas menengah di Asia yang terus berkembang, terutama mereka yang mencarai kualitas dan rela membayar dengan harga lebih untuk kualitas yang lebih bagus.

Australia juga telah menandatangani Kesepakatan Perjanjian Perdagangan Bebas dengan China, yang secara umum dilihat sebagai pasar utama dari produk-produk Australia.

Meski demikian, Joyce mengatakan ASEAN tidak boleh dilupakan. "Negara-negara ini merupakan blok perdagangan yang sebenarnya memiliki nilai lebih besar dari pada blok perdagangan kita dengan China. Sehingga kita memiliki kesempatan besar yang lain,” jelasnya baru-baru ini.

Joyce mengatakan ASEAN sebagai kelompok perdagangan dan Australia perlu memahami dan mengambil keuntungan dari kerja sama dengan mereka.

Sementara itu meskipun dianggap memiliki potensi yang menguntungkan, memasuki pasar berkembang ASEAN memiliki tantangan, dimana importir harus berurusan dengan bermacam pembatasan dan perubahan peraturan. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat sekarang mengadukan Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas sistem pembatasan impor buah dan sayur.

Sementara eksportir Australia justru menikmati angka perdagangan yang besar dari sektor ekspor sapi setelah Indonesia memutuskan untuk meningkatkan jumlah kuota import ternak pada kuartal ini.

Bahkan, sejumlah pejabat Australia berharap negosiasi yang tengah berlangsung saat ini dapat mengubah aturan kuota itu menjadi sistem tahunan.

Joyce mengatakan hubungan antara kedua negara saat ini berjalan baik. "Kami memiliki hubungan yang kuat dengan Indonesia, Anda bisa melihat pada perdagangan sapi akhirnya pasar perdagangan itu telah pulih kembali," katanya.

"Ini merupakan situasi yang bersejarah, dan saya ingin memastikan bahwa hubungan ini etrus berkembang," katanya.

Ketika ditanya apakah pelaksanaan rencana eksekusi terpidana mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran akan menimbulkan tantangan bagi hubungan perdagangan Indonesia- Australia, Joyce mengatakan semua orang menyadari posisinya masing-masing.

"Saya pikir orang Indonesia sepenuhnya menyadari posisi kami. Saya pribadi tidak mendukung hukuman mati, saya telah menegaskan sikap itu,"  katanya.

"Tapi kita juga harus memahami kalau Indonesia memiliki kedaulatannya sebagai bangsa dan demokrasi dan pemerintah merefleksikan keinginan warganya dan kita harus menghormati itu juga,’ katanya.

Barnaby Joyce menjadi pembicara utama dalam Forum Pangan Global di Melbourne, dimana dia juga mengungkapkan kalau dalam waktu dekat dirinya akan merilis buku putih kebijakan pertanian Australia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement