Sabtu 09 May 2015 22:00 WIB

Indonesia tidak Dalam Posisi Meminta Bantuan Pembangunan dari Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Indonesia menegaskan tidak dalam posisi meminta dana bantuan Australia untuk pembangunan. Disebutkan pula penarikan Duta Besar Paul Grigson dari Jakarta sebagai hal wajar dan bisa dipahami.

Kepada kantor berita Australia AAP, jurubicara Kementerian Luar Negeri Deplu Arrmanatha Nasir menyatakan Indonesia tidak akan terpengaruh jika Canberra mengurangi dana bantuan luar negerinya untuk Indonesia.

Di media lokal pekan ini isu pemotongan bantuan luar negeri ramai disoroti seiring dengan akan diajukannnya RAPBN 2015 ke parlemen Australia pekan depan.

Seperti diberitakan sebelumnya, sepanjang tahun 2014 Indonesia merupakan negara penerima bantuan Australia terbesar, senilai lebih dari 605 juta dolar (sekitar Rp 6 triliun).

Jika anggaran Departemen Luar Negeri (DFAT) dipangkas dalam APBN 2015, kemungkinan besar jumlah bantuan ke Indonesia akan dikurangi. Namun diingatkan bahwa hal itu bukanlah merupakan aksi balasan atas eksekusi duo Bali Nine.

Menurut Arrmanatha Nasir, "Indonesia saat ini bukan lagi menjadi negara yang memerlukan dana bantuan untuk pembangunan." ujarnya belum lama ini.

“Namun demikian, setiap bentuk bantuan yang diberikan Australia merupakan upaya mereka meningkatkan dan memperkuat hubungan kedua negara. Jadi, hak mereka untuk memberi, tapi Indonesia tidak meminta," tegasnya.

Ia menambahkan, “Seperti sering saya katakan, hubungan Indonesia dan Australia sangat penting, bukan hanya untuk Indonesia, tapi saya kira juga bagi Australia".

Sementara itu pernyataan Jurubicara Deplu RI ini mendapat tanggapan beragam. Sebagian menyatakan hal ini sebagai berita baik bagi Australia sehingga pemerintahnya bisa mengalihkan dana tersebut untuk membantu orang Australia sendiri.

Ada pula yang mengecam pemerintah Australia dan menyebutkan bantuan kepada Indonesia seharusnya tidak dipengaruhi oleh eksekusi Bali Nine.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement