Selasa 12 May 2015 13:58 WIB

Dari Bandung, Mahasiswa Afrika Kutuk Tindakan Xenophobia

Rep: Agus Yulianto / Red: Ilham
Polisi Afrika Selatan
Foto: Telegraph
Polisi Afrika Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tindakan xenophobia yang terjadi di Afrika Selatan, mendapat kecaman dan kutukan dari mahasiswa Afrika yang tergabung dalam Young African Ambassadors in Asia (YAAA) Bandung, Provinsi Jabar. Perkumpulan mahasiswa dari 28 negara Afrika ini pun menandatangani deklarasi yang dikirimkan ke Uni Afrika.

 

“Menyadari insiden yang terjadi di ibu kota kita, khususnya di Afrika Selatan, kami mahasiswa Afrika memutuskan untuk mengangkat suara dalam kesatuan untuk sepenuhnya mengutuk tindakan xenophobia yang terjadi di Afrika Selatan. Tidak ada lagi xenophobia dalam negara-negara Afrika,” kata perwakilan mahasiswa dari Senegal, Ousmane Diallo, Selasa (12/5).

 

Menurut Ousmane, peristiwa xenophobia di Afrika Selatan harus mejadi dipertimbangkan serius. “Peristiwa yang terjadi di tanah air negara kita harus berhenti seketika. Kita harus mengambil langkah-langkah untuk membangun budaya dan akses ke hak asasi manusia,” ujarnya.

Dikatakannya, negara harus mengembangkan kemitraan dan dialog konstruktif antara lembaga pendidikan, masyarakat sipil, organisasi masyarakat, kelompok etnis, peradilan, dan organisasi terkait lainnya. Hal itu untuk memerangi rasisme, diskriminasi, xenophobia, dan intoleransi terkait.

“Uni Afrika harus lebih terlibat dan mengambil langkah-langkah serius untuk memastikan bahwa tindakan-tindakan xenophobia tidak akan terjadi lagi,” katanya.

Ousmanei menegaskan, bahwa rasisme, diskriminasi, xenophobia dan intoleransi terkait merupakan pelanggaran dan hambatan serius terhadap negara Afrika. Padahal, mereka menyadari semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak.

 

Karena itu, xenophobia merupakan penghalang bagi hubungan persahabatan yang damai antara bangsa-bangsa Afrika. “Ini adalah salah satu akar penyebab banyak konflik internal dan internasional, termasuk konflik bersenjata dan akibat pemindahan paksa penduduknya,” ujar dia.

Pihaknya juga menegaskan kembali pentingnya peningkatan Uni Afrika untuk promosi dan perlindungan hak asasi manusia dan untuk pencapaian tujuan dari perjuangan melawan rasisme, diskriminasi, xenophobia dan intoleransi terkait. YAAA, kata dia, sangat menolak setiap doktrin superioritas ras, bersama dengan teori-teori yang mencoba untuk menentukan keberadaan disebut ras manusia yang berbeda.

“Kami khawatir dengan munculnya dan terus terjadinya xenophobia dalam bentuk halus dan kontemporer dan manifestasinya, berdasarkan jenis alasan, politik atau ekonomi, serta dengan ideologi lain dan praktik diskriminasi berdasarkan ras atau etnis atau superioritas,” katanya.

Untuk itu, Ousmane menegaskan kembali bahwa negara-negara Afrika memiliki kewajiban untuk melindungi dan memajukan hak asasi manusia serta kebebasan fundamental. Mereka harus mengurus pemenuhan politik, ekonomi, sosial, dan budaya warga sipil, penting untuk pengembangan masyarakat di seluruh Afrika. “Karena kami tidak ingin xenophobia terjadi lagi,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement