Senin 18 May 2015 20:15 WIB

Pengamat: Hukuman Mati Terhadap Mursi Hanya Kepentingan Politik

Mantan presiden Mesir, Muhammad Mursi berada di dalam penjara.
Foto: Reuters
Mantan presiden Mesir, Muhammad Mursi berada di dalam penjara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat dunia Islam menilai penjatuhan hukuman  mati oleh pengadilan mesir terhadap mantan Presiden Mesir Muhmmad Mursi jelas sungguh sangat sesalkan. Hal itu dinilai sebagai muatan kepentingan politik Abdul Fattah al-Sisi atau tentara untuk dapat mempertahankan hegemoni dalam kehidupan politik.

"Itu jelas lebih mengemuka dari pada aspek keadilannya," kata Anwar Abbas Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah, Jakarta kepada Republika, Senin (18/5).

Anwar mengatakan, dirinya tidak menolak hukuman mati melainkan menolak ketidak adilan dlm penjatuhan hukuman mati tersebut. Dia menjelaskan, penyebab terjadinya kerusuhan beberapa waktu lalu di Mesir menimbulkan berjatuhan korban tewas bukanlah dari Mursi atau kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) melainkan militer yang ingin kembali berkuasa setelah Arab Spring yang didukung kelompok IM berhasil menjatuhkan Presiden Husni Hubarak.

"Tampilnya Mursi sebagai presiden lewat sebuah proses pemilihan yang demokratis, semestinya harus dihormati, tetapi bagi militer tampaknya hal demikian sangat mengusik kepentingan mereka,"ujar Anwar yang juga Plt Bidang Pendidikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Dengan demikian, kata dia, pihak Abdul Fattah al-Sisi melakukan kudeta agar militer kembali berkuasa di negeri piramid tersebut. Tindakan Sisi, Anwar melanjutkan, jelas tidak bisa diterima IM dan mereka pun melakukan perlawanan dalam rangka mengambil haknya. Tetapi pihak Sisi menangkap para tokoh IM termasuk Mursi dan menjatuhkan hukuman mati terhadap mereka.

"Hal ini jelas-jelas mencerminkan tingginya syahwat penguasa  sehingga mereka melakukan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya dan gilanya untuk tercapainya tujuan tersebut mereka tidam segan-segan mempermainkan jiwa dan nyawa manusia," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement