Jumat 22 May 2015 04:52 WIB

Fosil Seorang Ibu Menggendong Bayinya Buat Arkeolog Takjub

Rep: C07/ Red: Ilham
Jasad seorang ibu dan bayinya yang sudah membatu
Foto: The Mirror
Jasad seorang ibu dan bayinya yang sudah membatu

REPUBLIKA.CO.ID, NAPOLI -- Tim arkeolog Eropa terus melakukan penggalian di kota Pompeii, salah satu kota di zaman Romawi Kuno. Saat ini, kota tersebut sudah menjadi puing-puing dan berada di dekat kota Napoli.

Dalam puing-puing itu, arkeolog menemukan banyak jasad korban letusan yang telah membatu selama 1.900 tahun. Salah satunya jasad seorang ibu yang berusaha melindungi bayinya dari bencana. Bahkan, wujud batu itu masih meperlihatkan bagaimana reaksi sang bayi dalam gendongan ibunya.

Pada tahun 79 masehi, sebuah gunung Vesuvius yang merupakan satu-satunya gunung berapi aktif di daratan Eropa meletus dan menghancurkan kota Pompeii. Letusan gunung Vesuvius mengubur kota Pompeii hingga hilang selama 1.900 tahun. Kota tersebut kembali ditemukan setelah arkeolog Eropa secara tidak sengaja melakukan penggalian.

Sejak menemukan kota Pompeii, tim arkeolog Eropa dari berbagai negara terus-menerus menggali kota itu dan menemukan berbagai hal menakjubkan, termasuk jasad-jasad tersebut. Selama ini mereka terkubur bersama abu gunung Vesuvius yang sangat tebal.

Bentuk jasad-jasad yang ditemukan pun masih menyerupai gerakan manusia saat hidup. Mereka tertidur, telungkup, terduduk, dan yang paling mencengangkan adalah jasad seorang ibu yang tengah menggendong bayi di atas perutnya tersebut. Para arkelog pun terkajub dengan penemuan mereka.

"Kami tidak dapat membayangkan betapa dahsyatnya erupsi gunung Vesuvius dan membunuh ribuan orang Romawi," kata salah seorang arkeolog seperti dilansir The Mirror, Kamis (21/5).

Menurut mereka, erupsi yang terjadi di gunung Vesuvius 100 ribu kali lebih besar dari ledakan bom Hiroshima. Bahkan, material vulkanik yang dimuntahkannya pun memiliki berat 1,5 juta ton per detik.

Tim arkelog juga terus berusaha menemukan tubuh korban yang jatuh dan membusuk dengan menggunakan petunjuk cekungan di abu vulkanik. Di cekungan tersebut seperti ada ruang isolasi yang disiapkan mereka untuk tempat peristirahatan terakhir ketika ada bencana.

Butuh usaha yang keras untuk menggali area tersebut, setidaknya tim mendapati 1.000 potongan jasad. Di tahun 2010, penelitian mereka menunjukkan bahwa saat erupsi terjadi, panas lava mencapai suhu 300 derajat celcius.

"Suhu 300 derajat sudah lebih dari cukup untuk membunuh ratusan orang dalam hitungan detik," kata seorang vulkanologis, Giuseppe Mastrolorenzo. Menurut  Giuseppe, membatunya tubuh tersebut akibat kejang kadaver, efek dari sengatan panas pada mayat.

Saat ini jasad-jasad tersebut sedang diteliti di laboratorium. Rencananya jasad-jasad tersebut akan diletakkan dan dipamerkan di Pompeii and Europe Exhibition di  Museum Arkeologi, Naples, Italia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement