Ahad 07 Jun 2015 01:00 WIB

Penyerang Peraih Nobel Remaja Dibebaskan, Loh Kok?

Rep: c21/ Red: Bilal Ramadhan
Malala usia berbicara di Inggris mengenai hadiah nobel yang diterimanya.
Foto: Reuters
Malala usia berbicara di Inggris mengenai hadiah nobel yang diterimanya.

REPUBLIKA.CO.ID, PAKISTAN -- Para pejabat Pakistan menegaskan hanya dua dari sepuluh tersangka anggota Taliban yang benar-benar dipenjara. Sebelumnya mereka diduga terlibat dalam serangan terhadap aktivis remaja peraih Nobel perdamaian, Malala Yousafzai. Sementara sisanya dibebaskan, dan keberadaan mereka tidak diketahui.

“Tapi pada hari Jumat (5/6), beberapa pejabat di Swat, Pakistan mengatakan orang-orang itu dibebaskan selama persidangan yang sangat rahasia karena tidak cukup bukti," kata BBC menurut laporannya.

Laporan sebelumnya pada bulan April menyatakan ke-10 orang telah menerima hukuman penjara 25 tahun. Masing-masing diduga menembak Malala (15 tahun) di kepala dan leher pada bus sekolah pada tahun 2012. Baik pemerintah maupun militer telah mengoreksi laporan sepanjang waktu.

Daily Mirror yang berbasis di London melaporkan mencoba untuk menemukan tersangka di penjara Pakistan, namun gagal. Wakil kepala polisi Pakistan, Azad Khan mengatakan kepada Associated ketika 10 orang telah dihukum dan dipenjarakan, "saya hanya bisa mengkonfirmasi bahwa pengadilan anti-terorisme pada bulan April telah membebaskan delapan dari 10 militan yang dituduh menyerang Malala," katanya.

Perwira polisi senior Pakistan, Salim Marwat menambahkan kepada AP, "kami akan melanjutkan upaya untuk menangkap semua orang yang terkait dengan serangan terhadap Malala."

Taliban telah mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap 2.012 remaja, yang lahir dan dibesarkan di kota Swat Mingora. Malala ditargetkan karena memperjuangkan hak pendidikan bagi anak perempuan di negeri ini.

Ketika itu ia selamat setelah menerima operasi darurat di Pakistan, dan kemudian dipindahkan ke Inggris untuk pulih dari luka-lukanya. Malala yang kini sudah berusia 17 tahun tetap aktif pada wanita dan advokasi pendidikan, dan saat ini tinggal di Birmingham, Inggris bersama keluarganya. Menurut AP petugas persnya menolak untuk mengomentari laporan hari Jumat (5/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement