Sabtu 27 Jun 2015 06:08 WIB

Inggris Siap Bantu Tunisia dan Perancis Melawan Terorisme

Rep: C07/ Red: Bayu Hermawan
Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Foto: REUTERS/Chris Radburn/ca
Perdana Menteri Inggris David Cameron.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengatakan negaranya siap memberikan bantuan kepada Tunisia dan Perancis melawan kejahatan terorisme. Saat ini, kata Cameron, setiap negara harus siap menghadapi berbagai ancaman teror karena teror bisa terjadi di mana saja.

Cameron juga mendesak agar Eropa berbuat lebih banyak untuk mengkoordinasikan dan membangun kapasitas pada kontra-terorisme.

"Ini adalah ancaman yang dihadapi kita semua. Peristiwa ini terjadi hari ini di Tunisia dan Perancis tetapi mereka bisa terjadi di mana saja," kata Cameron dilansir dari Telegraph.co.uk, Sabtu (27/6).

Menurutnya negara Eropa harus saling membantu karena terorisme dari kelompok radikal seperti ISIS adalah ancaman yang sangat nyata. Terlebih mereka sudah mulai meracuni pikiran anak muda untuk ikut bergabung dengan mereka.

"Kita harus memerangi dengan segala yang kita miliki. Kita harus menghentikan keracunan ini anak-anak muda di negara kita, di negara-negara Eropa lainnya dan seluruh Dunia," ujarnya.

Cameron berkata, kelompok radikal sangat berbeda dengan ajaran agama Islam yang membawa kedamaian. Menurutnya kekejaman yang dilakukan oleh kelompok radikal sudah melenceng dari ajaran agama Islam.

Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond juga langsung memimpin rapat darurat pada Jumat (26/6) yang juga bekerja sama dengan pihak berwenang di Perncis, Tunisia dan di tempat lain.

Sebelumnya telah  terjadi penembakan secara brutal di pantai Sousse, Tunisia. Dalam penembakan tersebut sebanyak 37 orang tewas dan 36 lainnya terluka.

Menteri Dalam Negeri Tunisia mengatakan kebanyakan korban merupakan turis mancanegara. Beberapa diantaranya berasal dari Ingriis, Jerman Belgia dan warga Tunisia sendiri. Setelah kejadian tersebut Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi langsung mengunjungi Rumah Sakit Shaloul untuk melihat kondiri korban luka-luka.

Pelaku melakukan aksinya dengan menyamar seperti turis yang pergi berenang. Namun ada senjata laras panjang di dalam payung yang dibawanya. Dia ditembak mati setelah saling tembak dengan polisi.

Rafik Chelli, sekretaris negara dari Kementerian Dalam Negeri, mengatakan kepada The Associated Press bahwa serangan itu dilakukan oleh seorang mahasiswa muda yang sebelumnya tidak diketahui pihak berwenang. Mengamuk di RIU Imperial Marhaba Hotel berakhir ketika ia ditembak mati oleh polisi.

Serangan di Tunisia tersebut merupakan kejadian terburuk di Tunisia, setelah beberapa bulan lalu juga terjadi  serangan di museum nasional di Tunisia yang menewaskan 22 orang, lagi sebagian besar wisatawan, dan telah dipertanyakan kemampuan pemerintah yang baru terpilih untuk melindungi negara.

Pembunuhan di resor Tunisia Sousse terjadi pada waktu yang sama sebagai bom di sebuah masjid Syiah di Kuwait dan serangan terhadap pabrik milik AS di Perancis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement